IHSG Jadi Happy Weekend, 5 Saham Big Cap Ini yang Bantuin Menguat


Read More

Jakarta, CNBC IndonesiaIndeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup di zona hijau pada perdagangan Jumat (3/5/2024), setelah sempat bergerak cukup volatil di perdagangan sesi I hari ini.

IHSG ditutup menguat 0,24% ke posisi 7.134,72. IHSG masih cenderung bertahan di level psikologis 7.100 hingga perdagangan akhir pekan ini.

Nilai transaksi indeks pada akhir perdagangan hari ini mencapai sekitar Rp 12 triliundengan melibatkan 21miliar lembar saham yang diperdagangkan sebanyak 964.815 kali.

Secara sektoral, sektor kesehatan menjadi penopang terbesar IHSG di akhir perdagangan hari ini, yakni mencapai 1,71%.

Selain itu, beberapa saham juga terpantau menjadi penggerak atau movers IHSG. Berikut daftarnya.


Saham perbankan raksasa PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) menjadi penopang terbesar IHSG di akhir perdagangan hari ini, yakni mencapai 20,7 indeks poin.

IHSG berhasil menguat meski investor cenderung masih menimbang dampak dari masih hawkish-nya bank sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (The Fed) dan investor asing yang masih getol melepas saham-saham RI.

Sebelumnya kemarin, IHSG ditutup ambruk setelah The Fed menegaskan belum ada ruang untuk memangkas suku bunga acuannya dalam waktu dekat.Suku bunga The Fed bertahan di level tinggi, 5,25-5,50% untuk keenam kalinya secara beruntun.

The Fed menegaskan tidak akan ada kenaikan suku bunga pada tahun ini. Namun, mereka juga mengatakan belum ada kemajuan berarti dalam penurunan inflasi sehingga akan menunggu lebih banyak data pendukung sebelum memangkas suku bunga acuan.

The Fed dalam rapat Federal Open Market Committee (FOMC) mengerek suku bunga sebesar 525 bps sejak Maret 2022 hingga Juli 2023. Mereka kemudian menahan suku bunga di level 5,25-5,50% pada September, November, Desember 2023, Januari 2024, Maret 2024, dan Mei 2024.

Akibat hal ini, pasar melihat prospek penurunan suku bunga ini semakin jauh dari perkiraan awal. Hal ini menimbulkan kekhawatiran terhadap aset berisiko, sehingga investor cenderung beralih ke aset yang lebih konservatif atau asetsafe haven.

Di lain sisi, inflasi Indonesia pada April lalu cenderung stabil dan terkendali meski berada di bawah ekspektasi pasar.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi April 2024 mencapai 0,25% secara bulanan(month-to-month). Sementara itu, inflasi tahunannya mencapai 3,0% (year-on-year/yoy) dan secara tahun kalender sebesar 1,19% (year-to-date/ytd). Tingkat inflasi bulanan pada April ini lebih rendah dari bulan sebelumnya dan dari posisi April 2023.

Adapun, konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia dari 10 institusi memperkirakan inflasi April 2024 akan mencapai 0,33% dibandingkan bulan sebelumnya (mtm).

Hasil polling juga memperkirakan inflasi (yoy) akan berada di angka 3,08% pada April. Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan Maret 2024.

Sebagai catatan, inflasi pada Maret 2024 tercatat 3,05% (yoy) dan 0,52% (mtm) sementara inflasi inti mencapai 1,77% (yoy).

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

[Gambas:Video CNBC]



Artikel Selanjutnya


IHSG Finish Sumringah, Berkat 6 Saham Big Cap Ini

(chd/chd)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts