11 Saham Batu Bara Boncos, Paling Gede Punya Konglomerat

Jakarta, CNBC Indonesia – Harga mayoritas saham emiten batu bara terpantau melemah pada perdagangan sesi I Jumat (14/04/2023), didorong oleh harga batu bara ambruk 6% sehari sebelumnya.

Read More

Hingga pukul 11:20 WIB, dari 20 saham batu bara di RI, 10 saham melemah, dua saham stagnan, dan delapan saham menguat. Dari 8 saham yang menguat, empat diantaranya sudah melesat lebih dari 1% dan sisanya yakni empat saham menguat kurang dari 1%.

Berikut pergerakan saham emiten batu bara pada perdagangan sesi I hari ini.

Saham PT Atlas Resources Tbk (ARII) menjadi yang paling besar penguatannya hingga sesi I hari ini, yakni melonjak 3,92% ke posisi harga Rp 212/saham.

Selanjutnya di posisi kedua, ada saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI) yang melompat 2,52 % ke Rp 122/saham.

Selain itu, beberapa saham batu bara berkapitalisasi pasar kecil dan sedang (mid cap) pada pagi hari ini juga menguat, seperti saham PT Golden Eagle Energy Tbk. (SMMT), PT ABM Investama Tbk. (ABMM), dan PT Alfa Energi Invesetama Tbk. (FIRE).

Untuk saham kapitalisasi pasar besar, PT Bayan Resources Tbk (BYAN) terpantau menguat -1,00 % ke Rp 20.300/saham, sedangkan saham PT Harum Energy Tbk (HRUM) melemah tipis -0,94 % di level Rp 1.555/saham.

Harga batu bara masih cenderung lesu jika dilihat secara Year-to-Date (YTD) meskipun menguat dari titik terendahnya pada Bulan Maret. Harga pasir hitam sudah mulai terlihat akan ada rebound sejak 20 Maret 2023.

Impor batu bara China pada Maret 2023 tercatat 41,17 juta ton. Jumlah tersebut adalah yang tertinggi sejak Januari 2020 atau lebih dari dua tahun.

Impor melesat 151% dibandingkan Maret 2022.

Sepanjang Januari-Maret 2023, impor batu bara China naik dua kali lipat menjadi 101,8 juta ton. Dibukanya pintu impor dari Australia menjadi salah satu penyebab lonjakan impor.

Tiongkok juga mempercepat pembelian batu bara dari Indonesia untuk mengantisipasi libur Lebaran.

Pada perdagangan Jumat pekan lalu, harga batu bara kontrak April di pasar ICE Newcastle memang ditutup posisi US$ 193 per ton.Kenaikan pada pekan lalu ditopang oleh membaiknya permintaan dari Asia, hujan badai di Australia (Queenslannd dan New South Wales), serta proyeksi cuaca yang lebih dingin di Eropa.

Permintaan dari Asia, terutama India kemungkinan masih deras pada minggu ini. Pasalnya, India tengah mempersiapkan diri menghadapi musim panas pada April-Juni mendatang.

Melemahnya permintaan dari India setelah April atau pada beberapa bulan mendatang akan menekan harga batu bara.

Impor batu bara India menjadi 148,58 juta ton pada April 2022-Februari 2023. Jumlah tersebut melonjak 32% dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang tercatat 112,38 juta ton.

India adalah konsumen batu bara terbesar kedua di dunia setelah China sehingga akan sangat menentukan pergerakan harga.

Dengan produksi yang meningkat maka impor bisa saja berkurang sehingga permintaan global ikut melemah. Harga batu bara pun melandai.

Untuk pasar Eropa, permintaan sepertinya masih lemah. Ambruknya harga gas bisa terus menekan harga batu bara pekan ini.

Selain India, China juga diharapkan mampu mengerek harga batu bara pada pekan ini. Namun, permintaan dari China masih akan sangat tergantung pada seberapa cepat industri baja mereka berkembang.

Komitmen Australia terhadap energi bersih menjadikan Australia harus mengurangi produksi per tahun sebesar 5%. Ditambah, terdapat gangguang ekspor dari Australia akibat hujan lebat dan penutupan jalur kereta api.

Namun ada sentimen negatif pekan ini yang menyebabkan ikut terseretnya harga batu bara yakni berbalik arahnya proyeksi cuaca di Eropa. Batu bara adalah sumber energi alternatif bagi gas sehingga harganya saling mempengaruhi.

Suhu di Eropa diproyeksi tidak akan seburuk pada prakiraan sebelumnya, sejumlah wilayah Eropa akan lebih hangat.

Sebelumnya, prakiraan cuaca menyebutkan suhu di sebagian Eropa akan lebih dingin setidaknya hingga akhir pekan ini. Suhu di Jerman dan Eropa tengah akan berada di kisaran 3-7 derajat Celcius. Suhu tersebut di bawah rata-rata tahunannya.

Dengan suhu yang lebih hangat maka penggunaan listrik, termasuk dari batu bara dan gas akan berkurang sehingga permintaan melandai.Terlebih,pasokan batu bara di pelabuhan utama Eropa ada dalam posisi tertinggi nya dalam sebulan terakhir.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

[Gambas:Video CNBC]



Artikel Selanjutnya


2023 Jadi Tahun Menakutkan, Mana Investasi Anti Resesi?

(mza/mza)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts