2 Tahun ‘Hilang’, China Evergrande Bukukan Rugi Rp 1.222 T

Jakarta, CNBC Indonesia – Perusahaan dengan utang terbesar di dunia, China Evergrande, membukukan kerugian gabungan sebesar 581,9 yuan atau setara Rp 1.222 triliun (asumsi kurs Rp 2.100/CNY 1) dalam dua tahun terakhir, mengutip laporan keuangan yang baru diterbitkan setelah lama tertunda.

Read More

Sebelumnya, utang membengkak membuat Evergrande mengalami gagal bayar (default) pada akhir 2021 dan mengumumkan program restrukturisasi utang luar negeri pada bulan Maret, setelah berjuang untuk menyelesaikan proyek dan membayar kembali para pemasok dan pemberi pinjaman.

Kerugian bersih Evergrande untuk 2021 dan 2022 masing-masing adalah 476 miliar yuan (Rp 1.000 triliun) dan 105,9 miliar yuan (Rp 222 triliun) akibat dari penurunan nilai properti, pengembalian tanah, kerugian aset keuangan dan ongkos pembiayaan, kata perusahaan itu.

Pada 2020, tahun operasi normal terakhirnya sebelumnya badai utang melanda, Evergrande membukukan laba bersih sebesar 8,1 miliar yuan (Rp 17 triliun).

Utang Evergrande yang menggunung dalam beberapa tahun terakhir telah menjadi sumber ketakutan dan keprihatinan serius tentang sektor properti China yang merupakan fondasi utama ekonomi Negeri Panda. Ambruknya Evergrande langsung diikuti dengan gagal bayar dan menjamurnya proyek properti yang terbengkalai di seluruh China.

Usulan restrukturisasi Evergrande akan disidangkan di Pengadilan Tinggi China pada 24 Juli.

JPMorgan memperkirakan bahwa sekitar 50 pengembang properti telah gagal membayar obligasi luar negeri senilai US$ 100 miliar (Rp 1.500 triliun) selama dua tahun terakhir, sementara lusinan telah ditangguhkan dari perdagangan di bursa saham Hong Kong.

Sebelumnya pada 2021 lalu, Evergrande membuat geger dunia dengan tumpukan utang yang ditaksir mencapai 2,43 triliun yuan (Rp 5.103 triliun) akibat manajemen keuangan buruk. Perusahaan diketahui memiliki leverage tinggi dan membangun properti dengan utang sebagai tulang punggung. Evergrande juga diketahui terlibat dalam shadow banking dalam membiayai proyek properti dengan utang dari non-lembaga keuangan tersebut mayoritas tidak masuk dalam neraca keuangan perusahaan.

[Gambas:Video CNBC]



Artikel Selanjutnya


Kala Lippo Ingin Cuci Tangan dari Pusaran Meikarta!

(fsd/fsd)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts