Ada 4 Bangkrut di RI Tahun 2023, Ternyata karena Ini


Read More

Jakarta, CNBC Indonesia – Sepanjang tahun ini ada 4 bank perekonomian rakyat (BPR) gulung tikar. Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) sebelumnya mencatat rata-rata BPR yang tutup per tahun dalam 18 tahun terakhir sebanyak 6-7 bank.

Ketua Dewan Komisioner (DK) LPS Purbaya Yudhi Sadewa mengatakan jatuhnya 4 BPR tahun ini, kata dia menunjukkan kembalinya tren rata-rata BPR jatuh.

“Jadi sekarang ada empat [BPR jatuh] itu di bawah rata-rata. Tahun lalu nggak ada yang jatuh, tahun ini empat jadi mungkin kita akan balik ke rata-rata,” kata Purbaya di LPS Awards pekan lalu, dikutip Sabtu (23/12/2023).

Namun begitu, ia mengatakan ini tidak berarti karena perburukan kondisi ekonomi. Melainkan, karena kesalahan pada tata kelola bank.

“Tapi biasanya mereka jatuh karena fraud pengurusnya yang nyolong uangnya, sehingga banknya jadi korban,” jelas Purbaya.

Benar adanya, keempat BPR yang jatuh sepanjang tahun 2023 memiliki tata kelola buruk sehingga menyebabkan arus keuangan yang tidak sehat.

Terbaru, OJK telah mencabut izin usaha PT Bank Perkreditan Rakyat Persada Guna pada 4 Desember 2023. Hal itu berdasarkan Keputusan Anggota Dewan Komisioner OJK Nomor KEP-84/D.03/2023.

Plt. Kepala OJK Malang Ismirani Saputri menjelaskan bahwa pada 31 Juli 2023, OJK telah menetapkan BPR Persada Guna dalam status pengawasan bank dalam penyehatan, sehubungan dengan mulai diberlakukannya Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2023 tentang Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan.

“Otoritas mempertimbangkan BPR tersebut tidak memenuhi tingkat permodalan sesuai ketentuan yang berlaku,” tulis Ismirani melalui keterangan resmi, dikutip Selasa (5/12/2023).

Sebelumnya, BPR Indotama UKM Sulawesi dilakukan karena pemilik tidak mau lagi menjalankan bisnis bank, tidak lagi memiliki simpanan ataupun menyalurkan kredit. Kemudian BPR Karya Remaja Indramayu (BPR KRI) ditutup pada 12 September lalu, karena adanya fraud dalam manajemen bank, dan BPR Bagong Inti Marga (BPR BIM) ditutup pada 3 Februari lalu lantaran arus keuangan yang tidak sehat.

Terpisah, Ketua Umum Persatuan BPR Indonesia (Perbarindo) Tedy Alamsyah mengatakan bahwa persaingan di industri BPR saat ini masih terbilang sehat. Pasalnya setiap bank memiliki keunikan pasar yang berbeda. “Jadi memang populasinya berkurang, bukan persaingan, bukan suku bunga, tapi fraud,” katanya.

Dia pun membenarkan secara total sejak 2020, jumlah BPR di Indonesia berkurang. Akan tetapi hal ini lebih banyak disebabkan oleh konsolidasi dan akuisisi. jumlah BPR susut kebanyakan karena konsolidasi dan akuisisi. “Ada yang ditutup, tapi tidak signifikan dibandingkan total industri,” katanya.

Berdasarkan data OJK kredit BPR naik 9,5% yoy menjadi Rp 137,97 triliun dan dana pihak ketiga (DPK) naik 9,6% yoy menjadi Rp 134,67 triliun. Pada periode yang sama laba tahun berjalan merosot 18,9% yoy menjadi Rp 1,9 triliun.

[Gambas:Video CNBC]



Artikel Selanjutnya


Duh, 2 Bank RI Bangkrut, LPS Turun Tangan Lakukan Ini

(mkh/mkh)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts