Ada ‘Tangan Dingin’ Soeharto Di Balik Kejayaan Antam

Jakarta, CNBC Indonesia – Dalam profil resminya, PT Aneka Tambang Tbk atau Antam menyebut sejarah perusahaannya bermula dari masa kepresidenan Soeharto. Tepatnya, pada hari ini 55 tahun lalu atau 5 Juli 1968, Antam resmi berdiri sebagai hasil dari merjer beberapa perusahaan dan proyek garapan pemerintah.

Read More

Namun, jejak awal dari keberadaan Antam sendiri sebenarnya bisa ditarik ke masa kolonial Hindia Belanda saat kompeni menemukan nikel pertama pada 1917 di Kolaka, Sulawesi Tenggara.

Mengutip paparan dalam Geologi Mineral Logam (2016), nikel tersebut kemudian dieksplorasi oleh perusahaan bentukan pemerintah kolonial bernama Boni Tolo Maatschappij pada 1935, anak perusahaan Oost Borneo Maatschappij. Diketahui eksplorasi berjalan lancar sebelum akhirnya berhenti total setelah kedatangan tentara Jepang tahun 1942. 

Barulah sekitar tahun 1950-an, kegiatan pertambangan nikel mulai berjalan kembali. Namun, proses pertambangan ini terus mengalami pergantian kepengurusan. Awalnya operasional yang dijalankan Boni Tolo Maatschappij sudah diambil alih oleh perusahaan lokal swasta bernama NV. Pertambangan Totaja pada 1957. 

Lalu, 4 tahun kemudian, pertambangan diambil alih oleh pemerintah Orde Lama dan dialihkan kepada BUMN, PT Pertambangan Nikel Indonesia. Saat pengambilalihan ini, pemerintah mengadakan kerjasama penting ihwal usaha pertambangan nikel di Sulawesi.

Kerjasama ini melibatkan PT Pertambangan Nikel Indonesia, Badan Usaha Pertambangan Umum Negara, dan perusahaan asing Sulawesi Nickel Development Cooperation Co.Ltd. Muara dari kerjasama ini adalah pembentukan perusahaan tambang nasional yang kemudian dikenal sebagai PT Aneka Tambang pada 1968. Di era Orde Baru inilah, Antam mulai menunjukkan kejayaannya. 

Dalam catatan sejarah resmi perusahaan berjudul Tracing Back The Memory in Teluk Penyu (2011) disebutkan Antam salah satu perusahaan kebanggaan Soeharto. Soeharto yang ingin menggenjot pertumbuhan ekonomi lewat pengembangan industri nasional dan investasi sangat mengandalkan Antam. Salah satunya dalam proyek pertambangan pasir besi di Cilacap.

Bagi Soeharto, pasir besi yang ditemukan di Cilacap menjadi proyek potensial untuk meningkatkan geliat ekonomi negara dan lokal. Tak heran, Soeharto menaruh perhatian lebih kepada perusahaan BUMN tambang ini.

Tercatat beberapa kali dia datang ke Cilacap untuk meninjau proyek dan melakukan acara seremonial lain. 

“Dengan arahan langsung Presiden Soeharto saat kunjungan ke Cilacap, presiden menyarankan pentingnya misi pemerintah Orde Baru untuk mengembangkan perekonomian melalui kerjasama luar negeri di bidang proyek industri strategis,” tulis Tracing Back The Memory in Teluk Penyu (2011) 

Berkat tangan dingin Soeharto inilah, klaim dokumen itu, proyek pasir besi tumbuh pesat. Diketahui, produksi pasir pada awal Antam berdiri hanya 13.988 ton. Sedangkan pada 1973, sudah mencapai 300.000 ton per tahun, bahkan sukses melakukan ekspor ke Jepang. 

Berawal dari kegiatan mengeksploitasi pasir inilah Antam bisa mendapat keuntungan tinggi hingga membuka pertambangan baru non-pasir. Seperti tambang emas di Cikotok dan Bogor, serta pembangunan pabrik pemurnian logam mulia di Pulogadung. Begitu pula negara yang mendapat cuan senilai US$ 1,5 Juta (Indonesia Raja, 12 Juni 1971). 

Upaya Soeharto menjaga keberlangsungan Antam pada akhirnya membuahkan hasil. Sepanjang zaman, Antam sama sekali tidak dibubarkan, siapapun penguasa. Perusahaan tetap eksis dan terus berguna sebagai penghasil devisa bagi negara.

[Gambas:Video CNBC]



Artikel Selanjutnya


Bank Emas Bakal Untungkan Antam? Ini Kata Bos Anak Usahanya

(mfa/mfa)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts