Akhir Pekan Bursa Asia Gak Bergairah, Termasuk IHSG

Jakarta, CNBC Indonesia – Mayoritas bursa Asia-Pasifik ditutup di zona merah pada perdagangan Jumat (25/11/2022), di tengah cenderung sepinya sentimen pasar pada hari ini karena pasar keuangan Amerika Serikat (AS) libur Thanksgiving.

Read More

Hanya indeks Shanghai Composite China dan ASX 200 Australia yang ditutup di zona hijau pada hari ini. Indeks Shanghai ditutup menguat 0,4% ke posisi 3.101,69 dan ASX 200 terapresiasi 0,24% menjadi 7.259,5.

Sementara sisanya ditutup di zona merah. Indeks Nikkei 225 Jepang ditutup melemah 0,35% ke posisi 28.283,03, Hang Seng Hong Kong terkoreksi 0,49% ke 17.573,58, Straits Times Singapura terpangkas 0,26% ke 3.244,55, KOSPI Korea Selatan turun 0,14% ke 2.437,86, dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir terdepresiasi 0,39% menjadi 7.053,15.

Pelaku pasar di Asia-Pasifik pada hari ini cenderung berfokus pada sentimen di kawasan regional, di mana salah satunya yakni terkait kondisi pandemi Covid-19 di China.

Kasus Covid-19 di China kembali mengkhawatirkan, di mana kasusnya kembali mencetak rekor tertinggi. Akibatnya, kota-kota secara nasional memberlakukan penguncian lokal (lockdown), pengujian massal, dan pembatasan lainnya.

China mencatat 31.444 infeksi Covid-19 lokal baru pada Rabu lalu. Jumlah ini memecahkan rekor yang ditetapkan pada 13 April lalu, ketika pusat komersial Shanghai dilumpuhkan oleh lockdown seluruh kota selama dua bulan.

Kebangkitan kembali infeksi, hampir tiga tahun setelah pandemi muncul di pusat kota Wuhan, menimbulkan keraguan pada harapan investor agar China segera melonggarkan kebijakan nol-Covid-nya.

Kebijakan tersebut nyatanya juga memicu frustrasi dan menggelapkan prospek ekonomi terbesar kedua di dunia itu.

Hal ini membuat Broker Nomura memangkas perkiraan Produk Domestik Bruto (PDB) China pada kuartal IV-2022 menjadi 2,4% secara tahunan (year-over-year/yoy), dari sebelumnya diprediksi tumbuh 2,8%.

Nomura juga memangkas perkiraan PDB setahun penuh di 2022 menjadi 2,8%, dari sebelumnya sebesar 2,9%, di mana target Nomura ini jauh dari target resmi China sekitar 5,5 % pada tahun ini.

“Kami percaya pembukaan kembali masih merupakan proses yang berkepanjangan dengan biaya tinggi,” tulis Nomura, juga menurunkan perkiraan pertumbuhan PDB China untuk tahun depan menjadi 4,0%, dari sebelumnya sebesar 4,3%, dikutip Reuters.

Meski Negeri Paman Sam sedang libur Thanksgiving, tetapi investor di Asia-Pasifik masih cenderung menimbang rencana bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang akan memperlambat kenaikan suku bunga acuannya.

Risalah dari pertemuan The Fed edisi November 2022 mengisyaratkan bahwa bank sentral Negeri Paman Sam tersebut melihat kemajuan dalam perjuangannya melawan inflasi tinggi dan ingin memperlambat laju kenaikan suku bunga, yang berarti kenaikannya bakal lebih kecil pada akhir tahun ini hingga 2023.

“Sebagian besar pejabat menilai bahwa perlambatan laju kenaikan kemungkinan akan segera terjadi,” bunyi risalah tersebut.

Sebelumnya harapan akan mengendurnya The Fed muncul setelah tingkat pengangguran di Amerika Serikat mengalami kenaikan pada Oktober, sementara inflasi menurun.

Pasca risalah tersebut pelaku pasar langsung memperkirakan kenaikan akan terjadi sebesar 50 bp pada 14 Desember mendatang.

Mengacu pada FedWatch, sebanyak 75,8% analis memprediksikan adanya kenaikan sekitar 50 bps dan akan mengirim tingkat suku bunga acuan Fed menjadi 4,25%-4,5%.

TIM RISET CNBC INDONESIA

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Sinyal Nggak Enak Buat IHSG Nih… Bursa Asia Loyo Lagi

(chd/chd)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts