penyebabsakit.com

Akhir Pekan Bursa Asia Gak Hepi, Kecuali Nikkei-STI

Jakarta, CNBC Indonesia – Mayoritas bursa Asia-Pasifik kembali ditutup terkoreksi pada perdagangan Jumat (10/2/2023) akhir pekan ini, di tengah naiknya inflasi China pada periode Januari 2023.

Indeks Nikkei 225 Jepang dan Straits Times Singapura pada hari ini ditutup di zona hijau. Nikkei menguat 0,31% ke 27.671, sedangkan Straits Times naik tipis 0,04% menjadi 3.360,69.

Sementara sisanya ditutup di zona merah. Indeks Hang Seng Hong Kong ditutup ambruk 2,01% ke 21.190,42, Shanghai Composite China melemah 0,3% ke 3.260,67, ASX 200 Australia terkoreksi 0,71% ke 7.433,7, KOSPI Korea Selatan terpangkas 0,48% ke 2.469,73, dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir terdepresiasi 0,25% menjadi 6.880,33.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO RESUME CONTENT

Dari China, inflasi pada Januari lalu dilaporkan mengalami kenaikan, imbas dari libur Imlek dan pembukaan negara pasca pencabutan dari kebijakan nol-Covid.

Inflasi berdasarkan consumer price index (CPI) China pada bulan lalu naik menjadi 2,1% secara tahunan (year-on-year/yoy), dari sebelumnya pada posisi Desember 2022 yang sebesar 1,8%. Angka ini sedikit di bawah prediksi ekonom dalam survei Reuters yang sebesar 2,2%.

Sedangkan secara bulanan (month-to-month/mtm), CPI Negeri Tirai Bambu pada bulan lalu juga naik menjadi 0,8%, dari sebelumnya pada Desember 2022 sebesar 0% dan lebih tinggi sedikit dari proyeksi pasar dalam polling Reuters yang sebesar 0,7%.

Adapun untuk inflasi berdasarkan producer price index (PPI) China pada bulan lalu cenderung melandai yakni menjadi -0,8% (yoy), dari sebelumnya sebesar -0,7% pada Desember 2022.

“Data yang merujuk ke prospek inflasi yang umumnya stabil,” kata Zhou Hao, kepala ekonom untuk Guotai Junan International Holdings.

Hao mengatakan bahwa inflasi China telah terjangkar dengan baik. Dia juga mengharapkan kebijakan moneter untuk tetap mendukung dan terus memberikan amunisi untuk pemulihan ekonomi di Negeri Tirai Bambu.

Bank sentral China (People Bank of China/PBoC) telah menyuntikkan sekitar US$ 150 miliar dana ke pasar keuangan selama tiga hari terakhir untuk meredakan tekanan likuiditas. Hal tersebut menjadi sebuah tanda bahwa kebijakannya relatif longgar.

Perekonomian China secara luas membaik pada Januari 2023 setelah Presiden Xi Jinping resmi menghapus pembatasan Covid-19 pada akhir tahun lalu.

Harga konsumen khususnya diperkirakan akan meningkat mengingat rebound permintaan di sekitar Tahun Baru Imlek karena orang bepergian dan menghabiskan uang. Hal itu senada dengan data pengeluaran liburan menunjukkan lonjakan katering, pariwisata, dan bisnis tatap muka lainnya.

“Lonjakan inflasi China disebabkan oleh efek liburan seiring dengan perubahan kebijakan pencegahan dan pengendalian virus,” kata Dong Lijuan, kepala statistik di NBS dalam sebuah pernyataan resmi.

Di lain sisi, pasar cenderung khawatir bahwa inflasi di Amerika Serikat (AS) berpotensi kembali naik dan membuat bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) akan kembali agresif menaikkan suku bunga acuannya.

Hal ini diakibatkan oleh data tenaga kerja yang masih cukup kuat, meski klaim pengangguran mingguan menunjukkan penurunan.

data yang dirilis dari AS menunjukkan klaim tunjangan pengangguran sebanyak 196.000 sepanjang pekan lalu, naik dari 13.000 dari pekan sebelumnya.

Rilis data ini membuat pelaku pasar melihat pasar tenaga kerja mulai melemah, tetapi pelaku pasar masih banyak yang was-was menanti rilis data inflasi pekan depan.

Sebab, jika inflasi kembali menanjak, ada risiko The Fed akan kembali agresif menaikkan suku bunga. Hal ini juga diutarakan oleh Ketua The Fed, Jerome Powell

“Kenyataannya kami bertindak berdasarkan data. Jadi jika kita terus melihat data, misalnya pasar tenaga kerja yang kuat atau inflasi yang kembali meninggi, itu akan membuat kami kembali menaikkan suku bunga dan bisa saja lebih tinggi dari yang diprediksi sebelumnya,” ujar Powell.

Jika The Fed menaikkan suku bunga ke level itu, maka Negeri Paman Sam diprediksi akan mengalami resesi.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Sinyal Nggak Enak Buat IHSG Nih… Bursa Asia Loyo Lagi

(chd/chd)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Exit mobile version