Akhir Pekan Suram! Harga CPO Jatuh Lima Hari Beruntun

Jakarta, CNBC Indonesia – Harga minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil/CPO) di Bursa Malaysia Exchange terpantau kembali terkoreksi di sesi awal perdagangan jelang akhir pekan, Jumat (8/9/2023) melanjutkan koreksi empat hari beruntun sejak awal pekan, dengan ini nyaris rampung sepekan terakhir harganya jatuh.

Read More

Melansir Refinitiv, harga CPO pada sesi awal perdagangan terpantau turun 0,97% ke posisi MYR 3.795 per ton pada pukul 08:00 WIB. Kini harganya sudah ambrol ke level 3.700 setelah sukses bercokol di level 4.000.

Pada perdagangan Kamis (7/9/2023) harga CPO ditutup ambrol 1,26% ke posisi MYR 3.832 per ton. Dengan ini, dalam empat hari perdagangan harganya sudah jatuh 5,15%, sementara secara bulanan ambrol 4,44%, dan melemah 8,19% secara tahunan.



Terkoreksinya harga CPO terjadi menjelang data pasokan-permintaan untuk periode Agustus dari Dewan Minyak Sawit Malaysia (MPOB). Selain itu kerugian pada minyak saingannya turut membebani harga.

Persediaan minyak sawit Malaysia pada akhir bulan Agustus kemungkinan melonjak ke level tertinggi dalam enam bulan sebesar 1,89 juta ton karena produksi meningkat dan ekspor melambat, menurut survei Reuters.

Sementara, MPOB akan merilis data penawaran-permintaan untuk bulan Agustus pada 11 September mendatang.

“Pasar tetap berhati-hati menjelang data penawaran dan permintaan MPOB bulan Agustus. Pelemahan yang berkepanjangan dapat terlihat pada minyak kedelai Dalian dan (Chicago Board of Trade),” kata seorang pedagang yang berbasis di Kuala Lumpur yang dikutip dari Reuters.

Dari sisi minyak saingannya, kontrak minyak kedelai paling aktif di Dalian, DBYcv1, turun 1,40%, sedangkan kontrak minyak sawit DCPcv1 turun 2,09%. Sementara itu, harga kedelai di Chicago Board of Trade BOcv1 turun 0,74%.

Minyak kelapa sawit dipengaruhi oleh pergerakan harga minyak terkait saat mereka bersaing untuk mendapatkan bagian di pasar minyak nabati global.

Sementara itu, impor minyak sawit India diperkirakan akan melonjak 26% ke rekor tertinggi untuk tahun yang berakhir pada 31 Oktober 2023, karena pemulihan konsumsi dan harga yang kompetitif mendorong perusahaan penyulingan untuk meningkatkan pembelian.

Pembelian yang lebih tinggi oleh India, yang merupakan importir minyak sawit terbesar di dunia, dapat membantu menurunkan persediaan di negara-negara penghasil minyak sawit terbesar di india dan Malaysia serta mendukung benchmark futures.

Dari dalam negeri, Indonesia telah menetapkan harga referensi minyak sawit mentah untuk periode 1-15 September sebesar US$ 805,20 per ton dan pajak ekspor serta retribusi CPO masing-masing sebesar US$ 33 per ton dan US$ 85 per ton.

Menurut analis teknikal Wang Tao yang dikutip dari Reuters, Harga CPO mungkin turun menjadi MYR 3.822 per metrik ton, seperti yang ditunjukkan oleh saluran penurunan.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Harga CPO Berusaha Nge-Gas Usai Terkapar 6 Hari, Yuk Bisa Yuk

(aum/aum)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts