penyebabsakit.com

Akhirnya! Tanda-Tanda Keruntuhan Dolar AS Muncul Juga

Jakarta, CNBC Indonesia – Kedigdayaan dolar Amerika Serikat (AS) perlahan-lahan mulai terkikis, bahkan tidak menutup kemungkinan akan merosot ke depannya. Hal ini terlihat dari posisi spekulatif para investor, yakni jual bersih (net short) dolar AS untuk pertama kalinya sejak pertengahan Juli 2021.

Indeks dolar AS pun belakangan sudah terus menurun. Pada akhir September lalu, indeks yang mengukur kekuatan dolar AS ini berada di kisaran 114, tertinggi dalam lebih dari 20 tahun terakhir, kini berada di 106.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO RESUME CONTENT


Berdasarkan data dari Commodity Futures Trading Commission (CFTC), pada pekan yang berakhir 15 November, posisi dolar AS terhadap mata uang utama berbalik menjadi net short sebesar US$ 10,5 juta, dari pekan sebelumnya net long (beli bersih) US$ 2,36 miliar.

Posisi net short artinya lebih banyak investor mengambil posisi jual dolar AS melawan mata uang utama seperti yen, euro, poundsterling, franc Swiss, dolar Kanada dan lain-lain.

Berbaliknya posisi spekulatif tersebut akibat munculnya ekspektasi The Fed (bank sentral AS) akan mengendurkan laju kenaikan suku bunganya setelah tingkat pengangguran mengalami kenaikan, dan inflasi menurun.

Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan tingkat pengangguran bulan Oktober naik menjadi 3,7% dari bulan sebelumnya 3,5%.

Kemudian inflasi berdasarkan consumer price index (CPI) dilaporkan tumbuh 7,7% year-on-year (yoy). Pertumbuhan tersebut jauh lebih rendah dari bulan sebelumnya 8,2% (yoy).

Inflasi tersebut sudah mulai menurun sejak Juli lalu, semakin menjauhi rekor tertinggi 40 tahun di 9% yang dicapai pada Juni lalu.

CPI inti dilaporkan tumbuh 6,3% (yoy), turun dari Oktober 6,5% (yoy).

Pasca rilis tersebut, pelaku pasar melihat The Fed akan mengendurkan laju kenaikan suku bunganya pada bulan depan.

Berdasarkan perangkat FedWatch milik CME Group, probabilitas suku bunga naik 50 basis poin menjadi 4,25% – 4,5% pada Desember kini sebesar 75%, naik jauh dari hari sebelum pengumuman data inflasi sebesar 56%.


Foto: FedWatch CME Group

Seperti diketahui, The Fed sebelumnya sudah menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin empat kali beruntun hingga suku bunga saat ini menjadi 3,75% – 4%.

Sementara itu, posisi spekulatif dolar AS terhadap semua mata uang, termasuk di dalamnya emerging market masih net long, tetapi mengalami penurunan tajam menjadi US$

Jika posisi net short terus bertambah, ada peluang rupiah bisa menguat ke depannya.

HALAMAN SELANJUTNYA >>> The Fed Segera Kendurkan Laju Kenaikan Suku Bunga

Sumber: www.cnbcindonesia.com

Exit mobile version