Alert! Rupiah Kembali Tembus Level Psikologis Rp15.000

Jakarta, CNBC Indonesia – Nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) mampu kembali di atas level psikologis Rp 15.000/US$ pada hari pertama perdagangan semester II 2023.

Read More

Merujuk data Refinitiv, rupiah di pasar spot ada di posisi Rp 15.020/US$. Rupiah melemah 0,2%. Pelemahan rupiah hari ini mengurangi penguatan sepanjang semester I 2023 yang mencapai 4%.

Rupiah kembali melemah di atas US$15 ribu, padahal akhir semester pertama dapat ditutup di menguat dari level psikologis. Pada perdagangan terakhir sebelum libur hari raya Qurban, Selasa (27/6/2023), rupiah ditutup menguat 0,13% ke posisi Rp 14.990/US$.

Perdagangan hari ini rupiah sempat menyentuh koreksi terdalam hingga Rp15.035/US$, namun mampu ditutup menguat dengan tetap berada di zona merah. Rupiah melemah seiring dengan pengumuman inflasi Juni yang semakin mereda.

Inflasi utama Juni lebih rendah 3,52% secara tahunan (year on year/yoy). Nilai ini menjadi level inflasi terendah dalam 14 bulan. Melansir ReutersPoll, inflasi Indonesia diperkirakan berada di 3,64%, artinya Inflasi Indonesia dapat lebih terkendali dibanding perkiraan.

Selain itu, inflasi inti Indonesia tercatat 2,58% atau lebih rendah dibanding perkiraan jajak pendapat sebesar 2,64%.

Hal ini menjadi potensi Bank Indonesia untuk menurunkan suku bunganya lebih awal, menurut beberapa ekonom. Inflasi di Asia Tenggara berangsur-angsur mereda sejak mencapai puncaknya September lalu sebesar 6%.

Kebijakan BI yang sudah agresif menaikkan suku bunga lebih awal mencapai 5,75% berdampak pada pengendalian harga lebih awal. Bank Indonesia yang menetapkan target inflasi dikisaran 2%-4% memicu spekulasi bahwa suku bunga akan segera diturunkan.

Potensi penurunan suku bunga yang akan dilakukan oleh BI menjadikan kekhawatiran pasar. Penurunan suku bunga akan memicu mata uang rupiah semakin tertekan dibanding dolar Amerika Serikat (AS).

Namun, terdapat dampak positif dari potensi pemangkasan suku bunga ke depan yaitu perekonomian akan bergejolak, biaya pinjaman akan lebih murah, sehingga akan memicu permintaan rupiah.

Selain itu, tingginya pertumbuhan ekonomi juga berpotensi mendorong peningkatan minat aset keuangan seperti saham. Hal tersebut mendorong dana asing masuk dan mata uang tetap berpotensi menguat dalam jangka panjang.

Pada pertemuan terakhrir, BI mempertahankan suku bunga utama bertahan selama lima kali pertemuan berturut-turut. BI juga memastikan nilai tukar rupiah stabil di tengah ketidakpastian global. Melansir Reuters, Radhika Rao, Analis UBS, memproyeksi penurunan suku bunga terjadi di akhir kuartal ketiga.

[Gambas:Video CNBC]



Artikel Selanjutnya


Rupiah Semakin Kuat, Emiten Rumah Sakit Ikut Diutungkan?

(mza/mza)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts