Ambruk 9,36% Sepekan, Harga Batu Bara Terendah 2 Bulan!

Jakarta, CNBC Indonesia – Memasuki pekan kedua 2023, harga komoditas batu bara acuan terpantau ambruk ambruk 9,36% secara point to point pekan ini. Sementara jika dilihat dalam sebulan, harga batu bara sudah jeblok 14,27%.

Read More

Sejak awal pekan, sinar batu bara memang redup sekaligus mencatatkan perlemahan empat hari beruntun sejak 6 Januari hingga Rabu (11/1/2023), setelah itu pada perdagangan Kamis (12/1/2023) harga batu bara sempat merangkak naik 7,65% ke US$ 342,9 per ton.

Namun nyatanya, penguatan ini tak bertahan lama. Pada perdagangan akhir pekan ini harga batu bara kembali jeblok lebih dalam sebesar 8,9% ke US$ 334 per ton.



Ambruknya harga batu bara pekan ini masih saja dipicu oleh pertumbuhan ekonomi global yang lebih rendah dan pasokan yang memadai membuat permintaan terhadap batu bara melandai sehingga harganya tertekan.

Pertumbuhan ekonomi global melemah sejalan dengan melandainya pertumbuhan di Amerika Serikat (AS) dan China.

Pertumbuhan China diperkirakan turun menjadi 4,3% pada 2023, dari proyeksi awal 5,2% sementara di AS turun menjadi 0,5% dari sebelumnya 2,4%.

China merupakan konsumen terbesar batu bara di dunia. Melandainya pertumbuhan ekonomi Tiongkok akan mempengaruhi harga pasir hitam.

Tiongkok sebenarnya diharapkan mampu menjadi motor utama permintaan batu bara setelah Eropa lepas dari krisis energi. China juga sudah sepakat untuk menghapus larangan impor batu bara Australia.

Namun, kesepakatan itu datang menjelang libur panjang Tahun Baru atau Imlek sehingga permintaan belum meningkat.

Di sisi lain setidaknya ada harapan dari Eropa di mana perkiraan cuaca diramal bakal jauh lebih dingin pada akhir Januari hingga Februari mendatang.

Dilansir dari Bloomberg, suhu udara di Inggris, Eropa bagian Nordik dan barat daya Eropa akan anjlok pada akhir Januari hingga Februari sehingga cuaca akan lebih dingin.

Sejumlah analis bahkan memperkirakan sebagian Eropa akan menghadapi “musim dingin yang sebenarnya” pada beberapa hari ke depan.

Lebih dinginnya cuaca ini diperkirakan akan meningkatkan penggunaan pemanas ruangan sehingga permintaan listrik naik. Kondisi ini membuat harga gas Eropa merangkak naik.

Harga gas alam EU Dutch TTF (EUR) menguat 2,24% sehari kemarin ke posisi 66,81 euro per mega-watt hour (MWh).Gas merupakan sumber energi alternatif bagi gas sehingga harganya saling berpengaruh.

Pasokan gas menjadi isu penting bagi Eropa setelah Rusia memangkas pasokan gas ke kawasan tersebut tahun lalu.Saat ini, pasokan gas Eropa memang masih mencukupi tetapi jika suhu terus turun dan penggunaan listrik naik maka pasokan bisa menipis.

Analis dari Energi Danmark menjelaskan trader kini fokus untuk mencermati cuaca pekan depan dan dampaknya ke permintaan gas. Selain sentimen dari Eropa, penguatan harga batu bara juga ditopang sentimen positif dari China dan India.

Prediksi bahwa permintaan batu bara dari China diharapkan akan meningkat setelah libur Hari Raya Tahun Baru atau Imlek akhir Januari mendatang.

Diketahui, Kementerian Kelistrikan mereka sudah meminta utilitas untuk mengimpor dan melakukan blending 6% batu bara bara impor dan lokal.Impor harus segera dilakukan untuk mengantisipasi krisis listrik serta naiknya permintaan sejalan dengan pemulihan ekonomi.

TIM RISET CNBC INDONESIA


Artikel Selanjutnya


China Lockdown (Lagi), Harga Batu Bara Ambrol

(aum/aum)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts