Amerika Serikat Bikin Bergejolak, Dolar Bertahan di Rp15.800


Read More

Jakarta, CNBC Indonesia – Rupiah menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di tengah tekanan yang bertubi-tubi dari AS dan sikap wait and see pelaku pasar perihal pengumuman suku bunga bank sentral AS (The Fed).

Dilansir dari Refinitiv, rupiah ditutup menguat di angka Rp15.815/US$ atau naik tipis 0,03%. Sedangkan secara mingguan, rupiah melemah 1,31%. Posisi ini melanjutkan pelemahan yang terjadi kemarin (25/1/2024) sebesar 0,73%.

Sementara indeks dolar AS (DXY) pada pukul 14.59 WIB turun 0,14% menjadi 103,72. Angka ini lebih rendah dibandingkan penutupan perdagangan kemarin yang berada di angka 103,57.



Kemarin, AS telah merilis data produk domestik bruto (PDB) menunjukkan ekonomi AS tumbuh sebesar 3,3% pada kuartal keempat. Angka tersebut jauh lebih tinggi dari ekspektasi 2% dari para ekonom yang disurvei oleh Dow Jones, yang menggarisbawahi berlanjutnya ketahanan ekonomi meskipun ada kenaikan suku bunga dari bank sentral AS (The Fed).

Purchasing Managers’ Index AS yang ekspansif dan penguatan data ekonomi lainnya juga mendorong tekanan terhadap rupiah. Hal ini disampaikan oleh Staf Bidang Ekonomi, Industri, dan Global Markets dari Bank Maybank Indonesia, Myrdal Gunarto.

Angka yang cukup tinggi ini dapat memberikan tekanan bagi rupiah karena PDB yang tinggi menunjukkan bahwa perekonomian AS masih cukup kuat.

Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia Edi Susianto mengatakan pelemahan mata uang terhadap dolar AS terjadi di hampir semua mata uang.

“Kemarin Rupiah memang sempat paling melemah dibandingkan mata uang peers, namun pagi ini agak menguat sejalan mata uang Asia lainnya juga menguat,” kata Edi kepada CNBC Indonesia, Jumat (26/1/2024).

Faktor penyebabnya, menurut Edi, memang masih pada sentimen terkait menurunnya ekspektasi terhadap penurunan Fed Fund Rate (FFR), ditambah kebijakan Bank of Japan atau bank sentral Jepang terhadap suku bunga kebijakannya yang ditahan.

Hal ini juga dipertegas oleh Head of Treasury PT Bank Commonwealth, Yuriadi Sulastomo memandang tren koreksi Rupiah masih cukup terbuka dan masih dipengaruhi faktor eksternal terkait kepastian realisasi pemangkasan suku bunga acuan The Fed.

Diharapkan pemangkasan Fed Funds Rate di awal Q2-2024 dikisaran bulan April 2024 sehingga dapat memberikan sentimen positif ke pasar. Namun bagi Bank Indonesia, kebijakan BI Rate masih sangat dipengaruhi nilai tukar Rupiah dengan tetap memperhatikan kebijakan moneter The Fed.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[Gambas:Video CNBC]



Artikel Selanjutnya


Kode The Fed Ini Bikin Rupiah Meringis

(rev/rev)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts