penyebabsakit.com

Amsyong! Rupiah Masih Melemah Sepekan Ini, Apa Pemicunya?

Jakarta, CNBC IndonesiaNilai tukar rupiah masih saja tak berdaya melawan dolar Amerika Serikat (AS) sepanjang pekan ini. Meskipun sempat mencatatkan penguatan 2 hari beruntun di akhir pekan nyatanya tak mampu memperbaiki kinerjanya sepekan.

Berdasarkan catatan Tim Riset CNBC, mata uang Garuda terkoreksi hingga 1,02% sepekan, kendati demikian rupiah masih mencatatkan penguatan 0,94% sebulan terakhir, sementara dalam setahun terakhir, rupiah sudah terkoreksi hingga 9,35%.

Pada perdagangan terakhir pekan ini, Jumat (9/12) rupiah mampu mencatatkan penguatan 0,24% di pasar spot. Dolar AS yang kembali tertekan membuat rupiah bisa melenggang.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO RESUME CONTENT



Perlemahan rupiah terjadi ketika Indeks dolar AS yang kembali turun pada perdagangan pekan terakhir. Hasil survei yang dilakukan Reuters pada periode 2 – 8 Desember terhadap 84 ekonom, semuanya memperkirakan The Fed (bank sentral AS) akan menaikkan suku bunga 50 basis poin pada pekan depan. Indeks dolar AS pun turun dua hari beruntun.

Ekspektasi kenaikan suku bunga The Fed yang lebih moderat meningkat setelah sebagian data ekonomi AS memburuk.

Sementara itu, Klaim pengangguran meningkat dan permintaan kredit rumah melandai. Awal bulan lalu, AS juga mengumumkan tingkat pengangguran mereka ada di angka 3,7% pada November, stagnan dibandingkan Oktober.

Chief Economist Goldman, Sachs Jan Hatzius, memperkirakan penjualan ritel melandai 0,2% pada November dibandingkan bulan sebelumnya. Data Adobe juga menunjukkan jika ada penurunan penjualan sebesar 4% (yoy) selama pesta diskon Black Friday November lalu.

Dari dalam negeri, pekan ini ada kabar baik yang menyelimuti pasar keuangan. Diantaranya Bank Indonesia (BI) pada Senin (7/12) melaporkan cadangan devisa pada November naik sebesar US$ 3,8 miliar menjadi US$ 134 miliar. Kenaikan tersebut menjadi yang terbesar sejak Agustus 2021 lalu.

Peningkatan posisi cadangan devisa pada November 2022 antara lain dipengaruhi oleh penerimaan pajak dan jasa, serta penerimaan devisa migas

Selain itu, pada Oktober 2022 BI melaporkan pertumbuhan penjualan eceran secara bulanan mengalami peningkatan. IPR Oktober 2022 tercatat tumbuh sebesar 2,3% (mtm), membaik dari bulan sebelumnya yang mengalami kontraksi sebesar 1,8% (mtm).

Secara tahunan juga tercatat tumbuh positif yang tercermin dari IPR Oktober 2022 sebesar 202,7, atau tumbuh positif sebesar 3,7% (yoy). Namun, pertumbuhan tersebut lebih rendah dari bulan sebelumnya 4,5% (yoy).

IPR makin melandai maka ini bisa menjadi alarm bagi pertumbuhan ekonomi domestik. Indonesia menggantungkan 53% Produk Domestik Bruto (PDB) nya kepada konsumsi rumah tangga. Penjualan eceran yang melambat mencerminkan mulai lemahnya konsumsi masyarakat.

TIM RISET CNBC INDONESIA

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Rupiah Sepekan Anjlok 0,82%! Hampir Sentuh Rp 15.000/US$ Lagi

(aum/aum)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Exit mobile version