Analisis Penyebab Saham GOTO Jatuh ke Level Terendah

Jakarta, CNBC Indonesia – Emiten teknologi hasil merger dua startup raksasa RI, GoTo Gojek Tokopedia, baru saja menyelesaikan proses penambahan modal dengan menggandeng investor strategis lewat skema private placament.

Read More

Dalam aksi korporasi ini GOTO tercatat memperoleh dana segar hingga Rp 1,53 triliun setelah Bhinneka Holdings menyerap 17,04 miliar saham baru GOTO di harga pelaksanaan Rp 90/saham. Private placement dilakukan pada Selasa (10/10) dan saham baru resmi dicatatkan pada hari Rabu (11/10).

Meski meraup dana segar baru, investor terpantau malah ramai-ramai melepas saham GOTO.

Sebenarnya sejak Bhinneka Holdings yang memperoleh dana dari lembaga keuangan global bagian dari Grup Bank Dunia, International Finance Corporation (IFC), saham GOTO telah mengalami aksi jual yang signifikan. Tercatat sejak tanggal 3 Oktober atau ketika pengungkapan ke publik, saham GOTO tercatat hanya mampu menguat satu hari perdagangan.

Sementara itu tekanan paling dalam terjadi sehari setelah saham baru resmi dicatatkan di mana pada Kamis (12/10) kemarin, saham GOTO ditutup melemah 7,59% ke Rp 73/saham. Bahkan pada perdagangan intraday, saham GOTO sempat terkoreksi tajam hingga 10% ke level Rp 71/saham.

Pada perdagangan Jumat (13/10) hari ini, GOTO mencatatkan level terendah baru untuk perdagangan intraday di harga Rp 68/saham.

Masih belum diketahui pasti penyebab utama pelemahan signifikan saham GOTO, apakah dikarenakan digerakkan investor institusional atau diayun oleh ritel. Apakah penggalangan dana secara terus menerus dianggap sentimen negatif atau kata delusi menjadi momok bagi investor ritel.

IFC sendiri menyebut tujuan investasi di GOTO adalah untuk mendorong inklusi keuangan dan juga merefleksikan visi bersama dalam meningkatkan akses dan peluang di Indonesia.

Baik GOTO maupun IFC disebut akan berkolaborasi dalam mendorong pendalaman inklusi keuangan di Indonesia, masih ada 97 juta masyarakat berusia dewasa belum atau kurang mendapatkan akses ke layanan perbankan (unbanked).

Dana hasil private placement disebut akan digunakan untuk sejumlah hal, termasuk modal kerja PT Dompet Anak Bangsa (Gopay) yang merupakan salah satu kendaraan utama Grup GOTO meningkatkan inklusi keuangan.

Namun, kepanikan investor akan penggalangan dana secara terus menerus juga memiliki alasan kuat. Hal ini mengingat ini bukan kali pertama perusahaan melakukan penggalangan dana. Setelah melewati banyak putaran penggalangan dana swasta, GOTO juga akhirnya ikut memperoleh dana publik lewat IPO tahun lalu. Dana segar dari IPO juga tidak sedikit yakni nyaris mencapai Rp 14 triliun.

Sebagai catatan kas atau setara kas GOTO pada akhir Juni tercatat Rp 24,44 triliun turun dari akhir Desember tahun lalu yang berada di angka Rp 29 triliun. Dengan asumsi kecepatan tersebut, finansial runway GOTO diharapkan masih akan bertahan setidaknya nyaris 48 bulan atau 4 tahun.

Kondisi neraca keuangan GOTO relatif resilien dengan rasio likuiditas terjaga baik, belum lagi perusahaan juga telah melakukan restrukturisasi demi menjaga kinerja keuangan.

Namun, investor masih menyimak dengan seksama bagaimana GOTO mampu membalikkan keadaan dan akhirnya mencetak laba sehingga dapat menjadi emiten kebanggaan karya anak bangsa.

Saat ini rugi per saham (EPS) dasar yang disetahunkan mencapai negatif Rp 12, turun dari negatif Rp 33 tahun lalu. Angka ini secara konsisten mengalami perbaikan dari EPS negatif Rp 159 tahun 2021 dan negatif Rp 497 tahun 2020 kala beban promosi untuk ekspansi masih membengkak.

Perusahaan juga telah berjanji akan mencapai EBITDA positif pada tiga bulan terakhir (kuartal IV) 2023 atau lebih cepat dari ambisi semula, demi memikat balik kepercayaan investor.

Kinerja GOTO yang semakin membaik, terlihat dari rugi yang makin berkurang, ikut diapresiasi oleh analis yang mana konsensus Refinitiv memberikan target harga Rp 133 untuk saham GOTO. Sebanyak 714 analis memberikan rekomendasi beli, 5 rekomendasi tahan dan tidak ada yang memberikan rekomendasi jual.

Dilusi Jadi Momok?

Penjelasan lain terkait aksi jual besar-besaran di saham GOTO juga dapat dikaitkan dengan ketakutan investor akan delusi saham, yang mana sejatinya ini tidak memiliki relevansi banyak bagi investor ritel dengan kepemilikan saham kecil. Selain itu, delusi dari private placement kali ini juga nyatanya relatif kecil. Sebagai gambaran kepemilikan Alibaba di GOTO turun dari 8,84% menjadi 8,72%.

Sebagai catatan, penambahan modal lewat skema private placement sering kali direspons negatif oleh para investor yang pada akhirnya membuat harga saham perusahaan turun.

Sebagian pelaku pasar menilai bahwa aksi korporasi emiten ini tidak adil karena mereka tentu tidak diberikan hak HMETD untuk mendapatkan private placement dari saham baru perusahaan yang akan diterbitkan sehingga porsi saham mereka secara persentase berkurang, meski secara jumlah unit tak berkurang (dilusi).

Keniscayaan dilusi saham terjadi lantaran jumlah saham beredar di publik bertambah dengan penerbitan saham baru ini.

Banyak pengamat mengemukakan bahwa penurunan harga saham setelah rilis pengumuman private placement terjadi lebih karena faktor psikologis.

Reaksi ini timbul karena beberapa hal, salah satunya laba per saham atau earning per share (EPS) – jika perusahaan mencatatkan laba – saham menjadi turun. Sentimen negatif lainnya berkaitan dengan kinerja keuangan perusahaan.

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Ini Alasan GOTO Tunjuk Patrick Jadi Bos Baru

(fsd/fsd)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts