Apa Kabar IPO PalmCo? Ini Update Terbaru Dari Wamen BUMN

Jakarta, CNBC Indonesia – Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo mengungkapkan, rencana perkebunan sawit milik negara, yaitu, PalmCo yang akan melakukan penawaran umum perdana saham (Initial Public Offering/IPO) yang rencananya akan terealisasi tahun 2024 mendatang.

Read More

“Nah yang paling dekat di Palmco ya, yang untuk sawit kita,” ujarnya dalam BUMN Report CNBC Indonesia, Jumat (1/9).

Pria yang akrab disapa Tiko ini menjabarkan, proses integrasi 450 ribu hektare kebun sawit yang di bawah PTPN 3, 4, 5, dan 6 sedang dalam proses finalisasi. “Tapi di sisi lain juga kita lakukan meningkatkan produktivitas dari sisi pandannya sendiri,” imbuhnya.

Menurutnya, PTPN ini menarik, sejak mengalami kerugian pada 2019 lalu, setelah restrukturisasi besar akan dipecah jadi ada PTPN sawit, PTPN gula, sama PTPN yang non-core. Pada PTPN sawit bukan hanya regrouping saja,
Elainkan ada transformasi dari sisi operasional.

“Dulu jujur kita itu punya produktivitas kebun itu jauh di bawah produktivitas swasta, jauh. Nah dengan transformasi operasional 2-3 tahun ini, produktivitas mereka itu sekarang sudah sesuai dengan benchmark. Pemain nasional yang kuat lah, dan lain-lain lah,” jelasnya.

Tiko menyebut, dengan produktivitas saat ini PTPN melalui PalmCo dinilai layak untuk melaksanakan IPO. “Tapi kita mungkin tunggu sampe integrasi dulu, mungkin semester I-2024,” imbuhnya.

“Dan kemudian kita juga ingin juga melihat potensi mereka untuk masuk ke downstream. Karena kan kalau sawit ini kan gak cuma berhenti di CPO ya, bisa jadi minyak goreng, itu kan, tapi kemudian yang banyak yang masuk oleochemical. Nah oleochemical ini kan masuk ke diesel dan sebagainya,” lanjutnya.

Tiko menambahkan, selain melakukan pengelompokan, PTPN sektor sawit ini juga dituntut untuk meningkatkan produktivitas agar bisa masuk ke produk hilirnya. “Oleochemical, biodiesel, dan sebagainya. Nah itu saya rasa storynya jadi menarik, karena nanti ini kan kalau biodiesel ini kan masuk menjadi bagian dari green economy juga,” imbuhnya.

“Jadi mereka tidak hanya menjualan sawit dalam konteks buah sawitnya atau CPO-nya, tapi juga jualan renewable energy dalam bentuk biodiesel,” pungkasnya.

Sebelumnya, Direktur Utama Holding Perkebunan Nusantara, PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Mohammad Abdul Ghani mengungkapkan, kinerja operasional yang meningkat tersebut menyangkut indikator utama seperti produksi tandan buah segar (TBS) kelapa sawit, produktivitas TBS, produksi minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) dan rendemen CPO.

PalmCo akan dibentuk dari perusahaan yang telah menunjukkan tren kenaikan produksi dalam beberapa tahun terakhir. Tentu kedepannya, dengan PalmCo yang semakin fokus pada komoditas utama, maka tujuan kita berperan dalam food security melalui pemenuhan pasokan Minyak Goreng dalam negeri, insya Allah dapat terwujud,” ujarnya dalam keterangan tertulis, di Jakarta, dikutip Jumat (7/7/2023).

Ia merincikan, data perusahaan menunjukkan, untuk PTPN IV yang akan menjadi induk merger, kinerja positif terlihat dari Produksi TBS tahun 2020 sebanyak 2.572,59 juta ton, naik menjadi 2.756,47 juta ton pada tahun 2021 dan mencapai 2.650,91 juta tahun 2022.

Hal ini berbanding lurus dengan Produktivitas TBS yang juga meningkat dari 21.424 ton/ha pada tahun 2020, naik menjadi 23.004 ton/ha tahun 2021 dan meningkat lagi ke posisi 23.020 ton/ha pada tahun 2023.

Tren positif ini juga terlihat dari kinerja salah satu perusahaan pembentuk PalmCo di Riau, PTPN V, dimana Produktivitas TBS yang mencapai 23,88 ton/ha tahun 2022, naik menjadi 24,02 ton/ha tahun 2021 dan 24,05 ton/ha tahun 2022.

Sementara untuk Produksi CPO, dari posisi 544,02 ribu ton di tahun 2020, naik menjadi 574,8 ribu ton di tahun 2021 dan naik lagi menjadi 578,91 ribu ton pada tahun 2022 dengan Rendemen CPO berturut-turut 21,39% di 2020, menjadi 21,55% di 2021, dan 21,89% di 2022.

Kinerja lapangan komoditas kelapa sawit yang mumpuni juga ditunjukkan oleh PTPN III Operasional Medan dimana produksi TBS tahun 2020 sebanyak 2,41 juta ton, naik menjadi 2,51 juta ton pada tahun 2021 dan meningkat lagi ke posisi 2,58 juta ton tahun 2022.

Untuk Produktivitas TBS, dari 24 ton/ha pada tahun 2020, naik menjadi 24,73 ton/ha tahun 2021 dan menembus 25,4 ton/ha tahun 2023.

Sedangkan CPO yang diproduksi posisi 579.729 ton di tahun 2020, naik menjadi 607.451 ton di tahun 2021 dan naik lagi mencapai 623.748 di tahun 2022.

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Jelang IPO PalmCo, Bos PTPN Buka-Bukaan Soal Ini

(rob/ayh)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts