Aplikasi Senyum Mobile Jadi Andalan Holding UMi, Ini Buktinya

Jakarta, CNBC Indonesia– Aplikasi Sentra Layanan Ultra Mikro (Senyum) yang digunakan untuk menciptakan pertumbuhan nasabah baru Holding Ultra Mikro (UMi) menunjukan hasil yang signifikan.

Read More

Tercatat, aplikasi yang menjadi ujung tombak Holding UMi untuk memberdayakan ekonomi wong cilik ini sudah dipakai lebih dari 68.000 tenaga pemasar.

Direktur Utama BRI Sunarso mengatakan Senyum Mobile membuat akuisisi nasabah baru menjadi lebih cepat. Aplikasi tersebut menjadi platform penjualan digital terintegrasi dari ketiga entitas (BRI, Pegadaian, PNM) yang memungkinkan joint acquisition.

“Aplikasi Senyum Mobile ini modifikasi sebenarnya dari Sentra Layanan Ultra Mikro (Senyum) dan ini mobile. Itu sekarang sudah dipakai oleh lebih dari 68.000 tenaga pemasar BRI, Pegadaian, dan PNM,” katanya dikutip dari siaran pers, Rabu (15/2/2023).

Dia menjelaskan, agar pemberdayaan tepat sasaran, BRI menggunakan data analitik dengan basis integrasi data nasabah. Dengan demikian, memudahkan BRI mengakuisisi lebih dari 6,9 juta nasabah baru untuk membuka akun Simpedes UMi.

Nasabah-nasabah baru tersebut terutama berasal dari masyarakat yang tadinya tidak mengenal produk perbankan. Dengan upaya tersebut, selain peningkatan inklusi keuangan, BRI juga turut menanamkan literasi keuangan sehingga nasababaru lebih paham mengakses kredit untuk permodalan hingga transaksi cashless.

“Sehingga membentuk ekosistem yang lebih cepat dan berdampak ke pertumbuhan. Aplikasi ini juga mampu mengefisienkan nasabah dalam bertransaksi sehingga meningkatkan efisiensi yang luar biasa,” lanjutnya.

Diketahui sampai dengan September 2022, lebih dari 6,9 juta nasabah tersebut menghasilkan CASA atau dana murah hingga sebesar Rp 678,6 miliar. Hal itu membuka jalan bagi PNM untuk melakukan disbursement pinjaman secara non tunai, di mana angkanya terus meningkat mencapai Rp 245 miliar kepada lebih dari 40.000 debitur hingga September 2022.

Sunarso melanjutkan, kehadiran Holding UMi mampu meningkatkan efisiensi kinerja ketiga entitas tersebut, sekaligus dapat melayani lebih banyak nasabah ultra mikro untuk diberdayakan. Efisiensi dapat dilihat dari ditekannya cost of fund (CoF) setelah kehadiran holding UMi, di mana pada September 2021 cost of fund BRI 2,14% dan September 2022 turun menjadi 1,73%.

Kemudian cost of fund Pegadaian, pada September 2021 mencapai 6,15% dan pada September 2022 menjadi 4,69%. Sedangkan cost of fund PNM pada September 2021 sebesar 8,85% dan pada akhir kuartal III2022 menjadi 7,85%.

“Akibatnya secara total seluruh Holding Ultra Mikro ini menghasilkan perbaikan efisiensi. Di mana cost to income ratio (CIR) BRI dulu 42,1% sekarang turun menjadi 37,11%. Artinya terjadi peningkatan efisiensi yang sangat baik,” kata Sunarso.

Sunarso menjelaskan bahwa CIR Pegadaian mencapai 63% pada September 2021, sedangkan September 2022 turun menjadi 60,06%. Demikian juga PNM,yaknidari 77,40% menjadi 60,19% pada periode yang sama.

“Saya kira ini tidak bisa dipungkiri adalah keberhasilan dari proses digitalisasi, bisnis, underwriting, dan kemudian transaksi di yang kecil-kecil. Terutama yang di nasabah-nasabah Mekaar di PNM,” lanjutnya.

Sementara itu, sinergi ketiga entitas melalui Holding UMi menghasilkan pertumbuhan kredit secara total sebesar 13,9%. Sunarso merinci, PNM mampu menumbuhkan kreditnya setelah dibentuk holding sebesar 27,1%.

Pertumbuhan tersebut dinilai sebagai penaikan kredit yang sangat agresif. Kemudian Pegadaian tumbuh 5,4%, sedangkan BRI untuk segmen UMi yang tergabung dalam bisnis mikro mampu tumbuh 14,0%.

Atas pertumbuhan itu Sunarso menekankan bahwa pihaknya berkomitmen mengiringinya dengan penerapan manajemen risiko yang baik sehingga kualitas kredit terjaga.

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


8 Bulan Volume Transaksi AgenBRILink Tembus Rp 855 T

(dpu/dpu)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts