AS Capai Kesepakatan Utang, Ini Efek ke RI Versi OJK

Jakarta, CNBC Indonesia – Presiden AS, Joe Biden dan Anggota Kongres Utama dari Partai Republik Kevin McCarthy sepakat untuk menaikkan plafon utang pemerintah federal sebesar US$31,4 triliun. Kesepakatan ini dilakukan untuk mengakhiri kebuntuan mengenai debt ceiling yang terjadi selama berbulan-bulan.

Read More

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebut, hal tersebut tidak akan berdampak besar terhadap portofolio investasi di Indonesia. Pasalnya, di Indonesia porsi pasar obligasi negara atau Surat Utang Negara (SBN) lebih besar ketimbang pasar saham.

“Kalau di pasar keuangan global, emerging market portofolio investasi, di Indonesia ini posisinya kalau pasar saham versus pasar obligasi negara memang bobotnya pasar obligasi negara dalam indeks,” kata Wakil Ketua Dewan Komisioner OJK Mirza Adityaswara dalam acara Money Talk CNBC Indonesia, Selasa (20/6).

Menurutnya, setelah AS mencapai kesepakatan soal utang tentu pasar keuangan dunia akan menjadi lebih stabil karena telah mendapatkan kepastian. Artinya, pasar obligasi negara akan banyak diminati oleh asing dan arus modal asing masuk ke pasar RI akan meningkat.

“Memang kemarin pada waktu Indonesia inflasinya mulai turun, rupiah juga relatif stabil apalagi terjadi aggrement di AS pasar dunia akan lebih stabil,” sebutnya.

Mirza melanjutkan, jika bicara pasar obligasi negara, sejak awal tahun sampai Juni 2021 ada lebih dari Rp 70 triliun arus modal masuk ke RI. “Sampai akhir Mei, jadi memang kita lihat pasar obligasi negara lebih likuid dan jumlah investor masuknya lebih banyak untuk pasar keuangan Indonesia,” pungkasnya.

[Gambas:Video CNBC]



Artikel Selanjutnya


Video: Inflasi AS Diramal Melandai Pada Januari 2023

(mkh/mkh)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts