AS Libur Rayakan Kemerdekaan, Mampukah Rupiah Menguat Lagi?

Jakarta, CNBC Indonesia – Mata uang Garuda pada perdagangan kemarin, Selasa (4/7/2023) dibuka menguat ke bawah level psikologis Rp15.000/US$. Penguatan rupiah seiring dengan pelemahan indeks dolar AS (DXY) yang disinyalir akibat menjelang libur hari Kemerdekaan Negeri Paman Sam.

Merujuk data Refinitiv, rupiah di pasar spot ada di posisi Rp 14.990/US$. Rupiah menguat 0,2%. Mata uang RI telah menguat 4% dibanding dolar Amerika Serikat (AS) sepanjang 2023.

Read More

Rupiah mampu membalikkan arah dari pembukaan pasar yang awalnya berada di zona merah dan mampu ditutup menguat. Perdagangan kemarin, Senin (3/7/2023), rupiah ditutup melemah 0,2% ke posisi Rp 15.020/US$.

Pelemahan dolar AS disinyalir akibat libur pasar yang potensi membuat dana keluar, khususnya di pasar keuangan. Pelaku pasar cenderung memiliki sikap mengamankan asetnya dalam bentuk kas untuk mencegah tertahan selama pasar libur.

Selain itu, pelemahan dolar juga disebabkan oleh manufaktur AS yang merosot pada bulan Juni. Melansir Reuters, Institute for Supply Management (ISM) mengatakan PMI manufakturnya turun menjadi 46,0 dari bulan Mei 46,9, atau terendah sejak Mei 2020.

Pelemahan ISM dapat menggambarkan adanya indikasi perekonomian AS menghadapi resesi. Hal ini akan bisa menjadi tanda bahwa inflasi mulai terkendali, sehingga akan nada potensi AS menurunkan suku bunganya.

Namun, data lain menunjukkan bahwa non-farm atau gaji non pertanian menunjukkan peningkatan. Data ini dapat menjadi acuan pertumbuhan ekonomi AS yang akan berdampak pada inflasi. Data ini cukup mengkhawatirkan pelaku pasar akan potensi The Fed kembali mengerek suku bunganya.

Perkembangan ekonomi terbesar kedua dunia, China, juga tak luput dari perhatian investor. Ini karena China adalah salah satu mitra dagang dan investasi utama Indonesia.

Beberapa waktu lalu, Menteri Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati pernah mengungkapkan, kontraksi 1% ekonomi China dapat menyebabkan penurunan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 0,3% hingga 0,6%.

Aktivitas pabrik di China mengalami kontraksi 3 bulan berturut pada Juni 2023, sementara aktivitas non-manufaktur berada pada titik paling lemah sejak Beijing memutuskan menghentikan kebijakan ketat nol-Covid di akhir tahun 2022 lalu.

Perkembangan ekonomi AS dan China sejauh ini masih menjadi tekanan pasar keuangan RI. Eko Listiyanto, Wakil Direktur INDEF turut sependapat memandang dinamika rupiah masih disebabkan tantangan global sepanjang 2023 ini. Beliau menambahkan pergerakan rupiah akan cukup stabil berada di kisaran Rp 15.000/US$.

Kendati begitu, Eko juga mengatakan “Dari sisi nilai tukar fluktuasinya, tidak seganas tahun lalu sampai akhir tahun.” Secara jangka panjang, beliau merasa mata uang rupiah akan cukup stabil yang didukung oleh penurunan inflasi yang konsisten.

Inflasi utama Juni lebih rendah 3,52% secara tahunan (year on year/yoy). Nilai ini menjadi level inflasi terendah dalam 14 bulan. Inflasi di Indonesia berangsur-angsur mereda sejak mencapai puncaknya September lalu sebesar 5,95%.

Ke depan, BI juga meyakini inflasi tetap terkendali di dalam sasaran 3,0±1% pada sisa tahun 2023. Hal ini menjadi potensi Bank Indonesia untuk menurunkan suku bunganya lebih awal, menurut beberapa ekonom.

Namun, ekonom melihat BI masih ogah memangkas suku bunga tahun ini. Dalam jajak pendapat Reuters yang dilakukan pada 14-19 Juni lalu, hampir dua pertiga dari responden, 15 dari 23, mengatakan, BI akan tetap mempertahankan suku bunga acuan di angka 5,75% selama sisa tahun ini. Adapun, 8 ekonom memperkirakan ada pemangkasan suku bunga pada 2023.

Teknikal Rupiah 

Secara teknikal dalam basis waktu satu jam, pergerakan rupiah kemarin berhasil turun di bawah level psikologis Rp15.000/US$, menunjukkan adanya penguatan terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

Dengan begitu, level psikologis Rp15.000 kembali menjadi resistance yang perlu diwaspadai pelaku pasar apabila rupiah melemah. Level tersebut juga cukup sakral karena bertepatan dengan triple garis rata-rata selama 20 jam, 50 jam, dan 100 jam atau moving average (MA20, MA50, dan MA100).

Sementara, untuk support terdekat berada di Rp14.980/US$ yang menjadi target rupiah menguat dalam jangka pendek bertepatan dengan garis rata-rata selama 200 jam atau moving average 20 (MA20).




Foto: Tradingview
Pergerakan rupiah melawan dolar AS

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Jika RI “Jauhi” Dolar AS, Rupiah Hingga Pasar Saham Aman?

(tsn/tsn)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts