Aset Bakrie Telecom (BTEL) Meroket 148%, Esia Hidup Lagi?

Jakarta, CNBC Indonesia – Perusahaan telekomunikasi PT Bakrie Telecom Tbk (BTEL) mengalami kenaikan aset yang sangat signifikan.

Read More

Berdasarkan keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jumat (25/11/2022), pada laporan keuangan konsolidasian interim periode 30 September 2022 (tidak diaudit) aset BTEL Rp 51,5 miliar atau lebih tinggi 148% dibandingkan total aset pada periode 31 Desember 2021 yang tercatat sebesar Rp 20,7 miliar.

“Kenaikan ini karena adanya beberapa peningkatan terutama pada pos-pos piutang usaha, persediaan dan uang muka atas proyek yang dilaksanakan oleh entitas anak perseroan,” Purwoko Suatmadji, Corporate Secretary BTEL.

Bakrie Telecom melalui pemaparan sebelumnya menyebutkan bahwa beberapa unit usaha akan menjadi lokomotif penopang pertumbuhan kinerja ke depan.

Di antaranya, PT Layanan Prima Digital (LPD) yang memiliki kegiatan usaha penyediaan solusi komunikasi dengan target pasar korporasi. LPD mengembangkan produk solusi komunikasi dengan layanan komunikasi berbasis teknologi digital artificial intelligence (AI).

Pertumbuhan perseroan juga didorong melalui anak usahanya, PT Inovasi Teknologi Nusantara (ITN) yang memfokuskan kegiatan usaha solusi informasi teknologi (IT). ITN juga menyediakan skillful manpower (tenaga ahli) di bidang IT untuk berbagai sektor korporasi.

Saat ini, ITN telah memiliki kerjasama penyediaan teknologi dan alat-alat pelengkapnya yang berbasis Internet of Things (IOT) untuk industri transportasi elektrik (electric vehicle) dan industri pertambangan.

Bakrie Telecom juga memiliki PT Cakra Andalas Fasilitas (CAF) yang bergerak di bidang penyediaan dan pengelolaan infrastruktur yang fokus pada industri penyiaran. Seiring dengan berlakunya regulasi industri penyiaran dari analog menjadi digital, peluang bisnis CAF menjadi sangat potensial ke depan.

BTEL sendiri dulu terkenal dengan Esianya yang sempat menjamur karena telepon murah yang diusungnya. Di sisi lain, saham BTEL sendiri hingga saat ini nyandar di harga Rp 50 per saham, dan digembok oleh Bursa Efek Indonesia (BEI).
.

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


IHSG Balas Dendam, tapi Apa Kuat ke 7.000 Lagi?

(ayh/ayh)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts