penyebabsakit.com

Asing Agresif Gelontorkan Duit ke RI, Rupiah Bisa Kuat Lagi!

Jakarta, CNBC Indonesia – Rupiah sukses menghentikan pelemahan 6 hari beruntun melawan dolar Amerika Serikat (AS) Selasa kemarin setelah menguat 0,1% ke Rp 15.695/US$. Kabar baik datang dari pasar obligasi yang kembali diburu investor asing. Hal ini bisa membuka peluang berlanjutnya penguatan rupiah pada perdagangan Rabu (23/11/2022).

Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR), sepanjang bulan ini hingga 21 November, investor asing melakukan pembelian Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder senilai Rp 10 triliun. Porsi kepemilikan asing pun meningkat menjadi Rp 723,33 triliun.

Capital inflow yang terjadi merupakan kabar bagus, jika terus berlanjut bisa menjadi modal bagi rupiah untuk menguat. Rupiah sepanjang tahun ini terpuruk akibat capital outflow di pasar obligasi yang mencapai Rp 168 triliun. 


ADVERTISEMENT


SCROLL TO RESUME CONTENT

Inflow yang terjadi di pasar obligasi sepanjang bulan ini juga menjadi yang terbesar sepanjang 2022.

Tidak hanya di pasar sekunder, lelang obligasi yang dilakukan pemerintah juga kembali diminati investor asing.

Jumlah penawaran dari investor asing pada lelang Surat Utang Negara (SUN), Selasa (23/11/2022) kemarin mencapai Rp 6,4 triliun. Jumlah tersebut naik hampir dua kali lipat dibandingkan lelang sebelumnya yang tercatat Rp 3,62 triliun, dan naik tiga kali lipat dibandingkan pada lelang sebulan sebelumnya yakni 27September 2022 (Rp 1,7 triliun).

Dari total penawaran Rp 6,4 triliun yang datang dari investor asing, pemerintah menyerap utang sebesar Rp 3,68 triliun. Jumlah tersebut menjadi yang tertinggi dalam tujuh lelang terakhir.

Secara teknikal, area Rp 15.450/US$ terbukti menjadi support kuat yang menahan penguatan rupiah yang disimbolkan USD/IDR.

Ketika menguat Jumat (11/11/2022) lalu, rupiah hanya mampu menguji saja, dan gagal melewatinya. Setelahnya rupiah berbalik merosot 5 hari beruntun pada pekan lalu.


Grafik: Rupiah (USD/IDR) Harian
Foto: Refinitiv 

Level tersebut merupakan merupakan Fibonacci Retracement 38,2% dan menjadi ‘gerbang keterpurukan’ bagi rupiah, selama tertahan di atasnya.

Fibonacci Retracement tersebut ditarik dari titik terendah 24 Januari 2020 di Rp 13.565/US$ dan tertinggi 23 Maret 2020 di Rp 16.620/US$.

Rupiah sebelumnya terus tertekan sejak menembus ke atas rerata pergerakan 50 hari (moving average 50/MA50).

Indikator Stochastic pada grafik harian kembali masuk wilayah jenuh beli (overbought).

Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.


idrGrafik: Rupiah 1 Jam
Foto: Refinitiv

Stochastic pada grafik 1 jam, yang digunakan untuk memproyeksikan pergerakan harian, mulai turun dari wilayah jenuh beli. Sehingga membuka peluang penguatan rupiah.

Rupiah kini kembali ke bawah resisten di kisaran Rp 15.700/US$. Selama bertahan di bawahnya, rupiah berpeluang menguat menuju ke Rp 15.660/US$, sebelum menuju Rp 15.630/US$.

Namun, jika kembali ke atas Rp 15.700/US$, ada risiko rupiah melemah ke Rp 15.750/US$.

TIM RISET CNBC INDONESIA 

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Saat Dolar AS Perkasa & Euro Melemah, Rupiah Gimana?

(pap/pap)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Exit mobile version