Awal Agustus Penuh Rilis Data Penting, Cek di Sini!

Jakarta, CNBC Indonesia – Pasar keuangan tanah air bergerak variatif pekan ini. Mata uang rupiah terpantau masih melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS), anjlok 0,47% secara mingguan ke posisi Rp 15.090/US$. Pada periode yang sama, hingga Jumat (28/7/2023) Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) malah ditutup menguat 0,28℅ ke 6900,23.

Read More

IHSG sangat bertenaga pada pekan ini meskipun sentimen kebijakan moneter bank sentral Amerika Serikat Federal Reserve (The Fed) membayangi. Sektor yang menopang IHSG sepanjang pekan adalah energi terutama batu bara.

Hal ini tidak lepas dari harga batubara dunia yang mencatatkan kinerja positif. Harga batu bara ICE Newcastle kontrak Agustus mampu mencatatkan rally panjang selama sembilan hari dengan penguatan mencapai 15% lebih sebelum akhirnya terjadi koreksi.

Selain itu, kinerja IHSG juga ditopang oleh Bank Indonesia (BI) yang memutuskan untuk tetap mempertahankan suku bunga acuannya. Hasil dari Rapat Dewan Gubernur (RDG) bulan ini memutuskan untuk tetap menahan suku bunga di level 5,75%.

Sentimen Pekan Depan

Pekan depan atau memasuki Agustus 2023, akan ramai sentimen yang mewarnai pasar baik dari internal maupun eksternal. Dari dalam negeri, akan ada rilis inflasi umum periode Juni 2023 yang diperkirakan tumbuh 3,11% secara tahunan atau year-on-year (yoy), melandai dari bulan sebelumnya 3,52% yoy.

Sementara inflasi inti diperkirakan melandai ke 2,5% yoy, dibandingkan bulan sebelumnya yang tumbuh 2,58%. Perlu dicatat, angka inflasi umum dan inti pada Mei 2023 telah sesuai dengan target BI dalam kisaran 2% – 4%.

Apabila inflasi semakin melandai akan memberikan gambaran semakin positif pada prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia yang juga akan rilis pada pekan depan untuk periode Kuartal II-2023.

Selain itu, kondisi manufaktur juga tetap ekspansif terlihat dari data PMI Manufaktur oleh S&P per Mei 2023 di angka 52,5. Untuk periode Juni nilai PMI diperkirakan masih akan di level ekspansif yang menunjukkan kinerja manufaktur masih tumbuh positif.

Data cadangan devisa (cadev) RI juga akan rilis, menurut data yang dihimpun Trading Economic cadev pada Juni bisa meningkat ke US$ 140 miliar, dibandingkan bulan sebelumnya sebesar US$ 137,5 miliar.

Proyeksi peningkatan cadev diharapkan ditopang oleh realisasi devisa hasil ekspor (DHE), apalagi ditambah dengan pengetatan kebijakan yang akan berlaku pada 1 Agustus 2023 mendatang.

Kemudian, pada Selasa (1/8/2023) Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) akan mengadakan pertemuan dan menggelar press konferensi. Acara ini menarik ditunggu karena akan memberikan gambaran bagaimana pemangku kebijakan fiskal dan moneter dalam menanggapi isu-isu ekonomi terkini terutama kenaikan suku bunga The Fed.

Menarik pula dinanti apakah akan ada kebijakan baru dari fiskal dan moneter. Dalam konferensi pers tersebut Menteri Keuangan, Gubernur BI, Ketua OJK, serta LPS yang akan menyampaikan paparan.

Kemudian, sentimen dari pasar Asia datang dari Jepang yang bakal merilis sejumlah data untuk periode yang berakhir bulan Juni, seperti retail sales, consumer confidence, PMI Manufacturing, dan unemployment rate.

Penjualan ritel di negeri bunga sakura tersebut diperkirakan tumbuh 5,9% yoy, lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya yang tumbuh 5,7%. Kepercayaan konsumen juga diproyeksi meningkat ke 36,8, menurut data Trading Economics.

Kondisi manufaktur Jepang diproyeksi masih dalam ara kontraksi di bawah 50, kendati demikian tingkat pengangguran kemungkinan besar bisa membaik di 2,5%, turun sedikit dari sebelumnya di 2,6%. Perbaikan data ekonomi Jepang tak lepas dari kebijakan ultra longgar pemerintah dengan menurunkan suku bunga menjadi -0,1%.

Dari China sejumlah data ekonomi akan rilis seperti kondisi manufaktur yang diperkirakan membaik, nampak dari proyeksi PMI Manufaktur olah NBS ke posisi 49,2 pada Juni 2023 dibandingkan bulan sebelumnya di 49, kendati nilainya masih dibawah 50 yang menunjukkan manufaktur negeri asal Panda tersebut masih terkontraksi.

Selanjutnya dari negeri Paman Sam, akan rilis data terkait pasar tenaga kerja meliputi JOLTs Job Opening atau berapa banyak lowongan pekerjaan yang terbuka pada periode akhir Juni 2023. Menurut data pasar lowongan kerja di AS diperkirakan akan ada penurunan ke 9,62 juta dibandingkan bulan sebelumnya di 9,82 juta.

Kemudian, pada periode yang sama data tingkat pengangguran diproyeksi tetap stagnan di 3,6%, kemudian untuk penggajian di luar pertanian atau non farm payroll diperkirakan bisa turun ke 200.000 dibandingkan bulan sebelumnya di 209.000.

Klaim pengangguran AS juga akan rilis pada pekan depan dengan proyeksi naik ke 227.000 secara mingguan. Tak hanya itu, kondisi manufaktur diperkirakan bisa membaik terlihat dari PMI manufaktur oleh S&P yang memprediksi kenaikan ke level 49, dibandingkan posisi bulan sebelumnya di 46,3.

Berikut rincian sentimen yang akan rilis pekan depan :


CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]  

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Bursa Asia Kompak Ijo Royo-Royo, Nikkei Paling Top

(tsn/tsn)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts