Awal Desember Bursa Asia Sumringah, Sayang IHSG Gak Ikutan

Jakarta, CNBC Indonesia – Mayoritas bursa Asia-Pasifik ditutup cerah bergairah pada perdagangan Kamis (1/12/2022), di mana investor cenderung optimis setelah adanya indikasi bahwa bank sentral Amerika Serikat (AS) bakal memperlambat laju kenaikan suku bunga.

Read More

Hanya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang ditutup di zona merah pada hari ini, yakni melemah 0,85% ke posisi 7.020,8.

Sedangkan sisanya ditutup cerah bergairah. Indeks Nikkei 225 Jepang ditutup melesat 0,92% ke posisi 28.226,08, Hang Seng Hong Kong menguat 0,75% ke 18.736,44, Shanghai Composite China bertambah 0,45% ke 3.165,47, Straits Times Singapura naik tipis 0,07% ke 3.292,73, ASX 200 Australia melonjak 0,96% ke 7.354,4, dan KOSPI Korea Selatan terapresiasi 0,3% menjadi 2.479,84.

Dari China, aktivitas manufaktur versi swasta cenderung naik sedikit pada November 2022. Berdasarkan data yang dirilis Caixin, aktivitas manufaktur yang tergambarkan pada purchasing manager’s index (PMI) tercatat sebesar 49,4 pada November 2022, naik sedikit dari periode Oktober lalu yang sebesar 49,2.

Angka ini masih lebih tinggi dari ekspektasi pasar dalam polling Reuters yang memperkirakan PMI manufaktur China versi Caixin pada bulan lalu mencapai 48,4. Meski naik sedikit, tetapi PMI manufaktur China tersebut masih berada di zona kontraksi, seperti versi resmi (NBS).

PMI menggunakan angka 50 sebagai ambang batas. Di bawahnya berarti kontraksi, sementara di atasnya ekspansi.

Sebelumnya kemarin, versi resmi dari NBS menunjukkan bahwa PMI manufaktur Negeri Panda kembali berkontraksi menjadi 49. Hal ini menandakan bahwa sektor manufaktur China telah berkontraksi selama dua bulan beruntun.

Hingga kini, China masih bersikeras pada kebijakan nol-Covid untuk memberantas wabah dengan karantina ketat dan pengujian massal yang disebut-sebut menjadi biang kerok turunnya kepercayaan bisnis di negara itu.

Di lain sisi, investor di Asia-Pasifik cenderung optimis setelah adanya indikasi bahwa bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) bakal memperlambat laju kenaikan suku bunga.

“Masuk akal untuk memoderasi laju kenaikan suku bunga kami saat kami mendekati tingkat pengekangan yang cukup untuk menurunkan inflasi. Waktu untuk memoderasi laju kenaikan suku bunga mungkin akan datang segera setelah pertemuan Desember” tuturnya dikutip CNBC International.

Namun, Powell memperingatkan bahwa The Fed kemungkinan tetap memberlakukan kebijakan yang restriktif untuk waktu yang lama sebelum mengakhiri perang inflasi.

“Meskipun ada beberapa perkembangan yang menjanjikan, jalan kita masih panjang untuk memulihkan stabilitas harga,” tambahnya.

Komentar Powell memperkuat optimisme yang berkembang di antaranya beberapa investor memprediksikan bahwa The Fed akan menurunkan besaran kenaikan suku bunga acuan sebesar 50 basis poin (bp) pada pertemuan 13-14 Desember 2022, setelah empat kenaikan agresif sebesar sepertiga persentase poin untuk menjinakkan inflasi.

TIM RISET CNBC INDONESIA

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Kode Keras Buat IHSG, Bursa Asia Melesat!

(chd/chd)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts