Awal Pekan Bursa Asia Loyo, Kecuali Straits Times Singapura

Jakarta, CNBC Indonesia – Mayoritas bursa Asia-Pasifik ditutup di zona merah pada perdagangan Senin (19/12/2022), karena investor masih mengkhawatirkan potensi resesi global, terutama di Amerika Serikat (AS), Eropa, dan China.

Read More

Indeks Nikkei Jepang ditutup ambles 1,05% ke posisi 27.237,64, Hang Seng Hong Kong melemah 0,5% ke 19.352,81, Shanghai Composite China ambruk 1,92% ke 3.107,12, ASX 200 Australia terkoreksi 0,21% ke 7,133.9, KOSPI Korea Selatan terpangkas 0,33% ke 2.352,17, dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terdepresiasi 0,48% menjadi 6.779,698.

Sedangkan untuk indeks Straits Times Singapura ditutup menguat 0,49% menjadi 3.256,61 pada perdagangan hari ini.

Dari China, pemerintah setempat berjanji untuk menstabilkan ekonominya pada tahun 2023 dan mempertahankan likuiditas yang cukup di pasar keuangan untuk memenuhi target utama, menurut sebuah pernyataan setelah Konferensi Kerja Ekonomi Pusat pengaturan anggaran tahunan pekan lalu.

“Kebijakan fiskal proaktif harus ditingkatkan untuk keefektifannya, dengan campuran alat yang lebih baik termasuk defisit fiskal, obligasi tujuan khusus, dan subsidi bunga,” kata laporan itu.

Selain itu, bank sentral China (People Bank of China/PboC) dijadwalkan untuk menetapkan suku bunga pinjaman acuan (loan prime rate/LPR) tenor satu dan lima tahun pada Selasa besok.

Tak hanya bank sentral Negeri Panda saja yang bakal mengumumkan kebijakan moneter terbarunya, bank sentral Jepang (Bank of Japan/BoJ) juga akan mengumumkannya Selasa besok.

Bank sentral Negeri Sakura tersebut diprediksi akan kembali mempertahankan suku bunga ultra longgarnya besok, yakni di -0,1%.

Jika prediksi ini benar, maka BoJ menjadi salah satu bank sentral di dunia yang masih bersikap dovish hingga kini, di tengah banyaknya bank sentral yang sudah bersikap hawkish.

Secara terpisah, pemerintah Jepang dan BoJ akan merevisi pernyataan yang berkomitmen pada target inflasi 2% sedini mungkin, menurut Kyodo News.

Pelaku pasar di Asia-Pasifik terus khawatir bahwa resesi global pada awal tahun depan bakal terjadi dan tidak bisa dihindarkan. Resesi global berpotensi terjadi karena masih lesunya ekonomi di AS dan Eropa.

Pasar juga masih menimbang sikap hawkish bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed), di mana The Fed menegaskan bahwa mereka masih akan menaikkan suku bunga selama inflasi belum mendekati target yang ditetapkan yakni sebesar 2%.

“Data inflasi yang kita lihat pada Oktober dan November lalu menunjukkan penurunan kenaikan harga secara bulanan. Tetapi masih diperlukan bukti yang substansial agar yakin inflasi berada pada jalur penurunan,” kata Ketua The Fed, Jerome Powell dalam konferensi pers Kamis pekan lalu.

Pernyataan Powell tersebut mengindikasikan kampanye The Fed menurunkan inflasi masih jauh dari kata selesai, suku bunga meski sudah berada di level tertinggi dalam 15 tahun terakhir akan kembali dinaikkan dan ditahan pada level tinggi dalam waktu yang lama.

Sebagai catatan, inflasi berdasarkan consumer price index (CPI) AS sudah mengalami penurunan 5 bulan beruntun, pada November tumbuh 7,1% (year-on-year/yoy). Angka itu turun jauh dari puncaknya 9,1% pada Juni lalu yang merupakan level tertinggi dalam lebih dari 40 tahun terakhir.

Isu resesi dunia masih menjadi perhatian pelaku pasar global hingga hari ini, termasuk di kawasan Asia-Pasifik.

AS dan Eropa diperkirakan akan mengalami resesi di kuartal I-2023 yang tentunya tinggal menghitung hari.

Median hasil survei dari Reuters menunjukkan kemungkinan resesi terjadi di Uni Eropa sebesar 78%, naik dari survei Oktober lalu sebesar 70%.

Sementara itu ekonom Bank of America memprediksi Negeri Paman Sam akan mengalami resesi di juga di kuartal I-2023, saat produk domestik bruto (PDB) mengalami kontraksi 0,4%.

“Kabar buruknya di 2023, proses pengetatan moneter akan menunjukkan dampaknya ke ekonomi,” kata Savita Subramanian, ekonom Bank of America, sebagaimana dilansir Business Insider, akhir November lalu.

TIM RISET CNBC INDONESIA

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Kabar Baik Buat IHSG, Wall Street Cerah, Bursa Asia Meroket!

(chd/chd)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts