Awal Pekan Bursa Asia Sumringah, Hang Seng-KOSPI Melejit

Jakarta, CNBC Indonesia – Bursa Asia-Pasifik ditutup cerah pada perdagangan Senin (9/1/2023) awal pekan ini, di mana investor cenderung merespons positif dari pembukaan kembali perbatasan internasional di China.

Read More

Indeks Hang Seng Hong Kong ditutup melejit 1,89% ke posisi 21.388,34, Shanghai Composite China menguat 0,58% ke 3.176,08, Straits Times Singapura menanjak 0,71% ke 3.299,97, ASX 200 Australia terapresiasi 0,59% ke 7.151,3, KOSPI Korea Selatan terbang 2,02% ke 2.336,22, dan Indeks Harga Saham Gabungan turun tipis 0,06% menjadi 6.688,27.

Dari China, pemerintah setempat akhirnya kembali membuka perbatasan internasionalnya untuk pertama kali sejak melakukan pembatasan perjalanan di Maret 2020.

Para pelancong kini tak perlu lagi melakukan karantina. Namun, mereka masih memerlukan bukti tes PCR negatif yang diambil dalam waktu 48 jam perjalanan.

Hal ini menandai perubahan signifikan dalam kebijakan Covid-19 China saat memerangi lonjakan kasus. Langkah tersebut disambut baik oleh banyak orang yang ingin berkumpul kembali dengan keluarga.

Di Hong Kong, 400.000 orang diperkirakan melakukan perjalanan ke China daratan dalam beberapa minggu mendatang. Antrean penerbangan diyakini bakal terjadi termasuk di kota-kota seperti Beijing dan Xiamen.

Pembukaan China selebar-lebarnya ini dilakukan menjelang Tahun Baru Imlek. Sebelum pandemi, ini adalah migrasi tahunan terbesar di seluruh dunia dari orang-orang yang pulang ke rumah untuk menghabiskan waktu bersama keluarga.

Tahun 2023 ini, diprediksi ada dua miliar perjalanan yang dilakukan pada Tahun Baru Imlek 2023. Angka ini naik dua kali lipat dari jumlah perjalanan Imlek tahun lalu.

Namun, beberapa negara melakukan antisipasi turis mancanegara dari China, seperti Amerika Serikat (AS) dan Inggris, yang memberlakukan persyaratan untuk tes Covid-19 pada orang yang datang dari China.

Di sisi lain, pemerintah China menyensor lebih dari 1.000 akun media sosial yang mengkritik penanganan virus tersebut. Perlu diketahui sejak 25 Desember lalu, China menyetop pengumuman data harian Covid-19 ke publik.

Pembukaan kembali pintu internasional di China membuat beberapa saham China yang terdaftar di bursa Hong Kong, terutama saham teknologi dan kasino pun ditutup beterbangan pada hari ini.

Saham teknologi China seperti Alibaba melonjak 2,7%, setelah pendiri Ant Group, Jack Ma dilaporkan menyerahkan kendali perusahaan. Ant Group adalah afiliasi Alibaba, yang memegang 33% saham di perusahaan fintech tersebut.

Selain Alibaba, saham teknologi lainnya seperti NetEase melesat 2,57% dan saham Tencent melompat 3,61%.

Tak hanya saham teknologi saja, saham kasino juga berakhir bergairah. Saham MGM China Holdings melompat 3,14%, sedangkan saham Wynn Macau melejit 4,68%, saham Sands China menanjak 3,7%, dan saham SJM Holdings terdongkrak 3,42%.

Sementara itu dari AS, Laporan pekerjaan bulanan Departemen Tenaga Kerja AS menunjukkan bahwa pemberi kerja menambahkan 223.000 pekerjaan pada Desember 2022, kenaikan terkecil dalam dua tahun tetapi lebih dari yang diharapkan oleh para ekonom sebesar 200.000.

Kemampuan perusahaan AS untuk terus merekrut menunjukkan bahwa pasar kerja mampu bertahan bahkan ketika kenaikan suku bunga bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) telah memicu kekhawatiran tentang potensi resesi.

Laporan tersebut juga menunjukkan pertumbuhan upah terus menurun. Penghasilan per jam rata-rata naik 0,3% pada bulan Desember dari bulan sebelumnya, turun dari kenaikan 0,4% pada November 2022.

Angka untuk Desember 2022 naik 4,6% dari setahun lalu, turun dari kenaikan 4,8% yang direvisi pada November 2022 dan jauh di bawah puncaknya di Maret 2022.

Data tersebut mengurangi kekhawatiran akan apa yang disebut wage-price spiral, di mana karyawan menuntut kenaikan gaji sebagai tanggapan atas kenaikan harga, dan masuknya uang tambahan ke kantong pekerja memicu inflasi lebih lanjut.

Skenario seperti itu bisa menekan The Fed untuk menaikkan suku bunga secara lebih agresif lagi. Bank sentral Negeri Paman Sam tersebut akan membuat keputusan kebijakan moneter berikutnya pada pertemuan 31 Januari hingga 1 Februari mendatang.

Beberapa investor mengatakan laporan pekerjaan Jumat lalu menunjukkan bahwa ekonomi AS berada di jalur untuk soft landing, di mana The Fed menaikkan suku bunga cukup untuk menurunkan inflasi tetapi tanpa memicu penurunan yang menyakitkan.

Namun, beberapa tanda lain masih menunjukkan pelemahan ekonomi. Barometer kondisi bisnis dari Institute for Supply Management (ISM) yang diawasi ketat pada perusahaan berorientasi layanan yang dirilis Jumat lalu, turun menjadi 49,6% pada Desember dari 56,5% pada November-pertama kali menunjukkan kontraksi sejak awal pandemi.

Dalam beberapa minggu terakhir, investor dan manajer investasi semakin berharap bahwa inflasi akan melambat dengan cepat di bulan-bulan mendatang dan mampu mendorong The Fed untuk mulai memangkas suku bunga akhir tahun ini. Tapi data yang dipublikasikan minggu ini mengingatkan investor jalan ke depan bisa jadi masih rumit.

Risalah dari pertemuan kebijakan terakhir The Fed, dirilis Rabu pekan lalu, menunjukkan bahwa para pejabat berharap untuk terus menaikkan suku bunga jika tekanan harga terbukti lebih kuat.

Sementara itu, data perekrutan pada Jumat lalu menambah bukti bahwa pasar tenaga kerja AS tetap kuat dan situasi yang menguntungkan pekerja ini, tetapi dapat menambah tekanan inflasi.

TIM RISET CNBC INDONESIA

[Gambas:Video CNBC]



Artikel Selanjutnya


Sinyal Nggak Enak Buat IHSG Nih… Bursa Asia Loyo Lagi

(chd/chd)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts