Awal Pekan Wall Street Merana, Gegara Inflasi Naik Lagi?


Read More

Jakarta, CNBC Indonesia – Bursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street dibuka cenderung melemah pada perdagangan Senin (1/4/2024), karena investor masih cenderung menimbang dampak dari naiknya kembali inflasi PCE AS dan menjelang rilis data tenaga kerja AS pada pekan ini.

Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) melemah 0,61% ke posisi 39.565,35, S&P 500 terkoreksi 0,27% ke 5.240,12, dan Nasdaq Composite turun tipis 0,05% menjadi 16.370,85.

Inflasi PCE AS pada Februari 2024 naik menjadi 2,5% secara tahunan (year-on-year/yoy) , dari sebelumnya pada Januari lalu sebesar 2,4%. Meski begitu, angka ini sudah sesuai dengan ekspektasi pasar.

Namun secara bulanan (month-to-month/mtm), inflasi PCE cenderung melandai sedikit menjadi 0,3%.

Sementara untuk inflasi PCE inti, yang tidak termasuk makanan dan energi meningkat 2,8% pada Februari lalu, lebih rendah sedikit dari posisi Januari lalu yang tumbuh 2,9%. Angka ini juga sudah sesuai dengan prediksi pasar sebelumnya.

Meskipun The Fed mempertimbangkan kedua ukuran tersebut ketika membuat kebijakan, mereka menganggap inti sebagai ukuran yang lebih baik untuk mengukur tekanan inflasi jangka panjang.

Berdasarkan perangkat CME FedWatch, investor melihat peluang 70% bahwa The Fed akan memulai siklus pelonggarannya pada pertemuan Juni.

Di lain sisi, investor juga akan memantau data tenaga kerja terbaru AS pada pekan ini, di mana data pembukaan lapangan kerja JOLTS periode Februari 2024 akan dirilis Selasa besok.

Konsensus pasar dalam Trading Economics memperkirakan pembukaan lapangan kerja JOLTS akan cenderung menurun menjadi 8,79 juta lapangan kerja, turun dari Januari lalu sebanyak 8,86 juta lapangan kerja.

Jika data tersebut benar demikian, maka sektor tenaga kerja di AS cenderung mulai mendingin, meski data tenaga kerja lainnya masih berpotensi panas.

Sedangkan data penggajian non-pertanian (non-farm payroll/NFP) AS periode Maret 2024 akan dirilis pada Jumat mendatang. 

Konsensus pasar Trading Economics memperkirakan NFP AS cenderung menurun menjadi 200.000, dari sebelumnya pada Februari lalu sebesar 275.000.

Jika benar demikian, maka ini menjadi terendah dari rata-rata tiga bulan terakhir sebesar 265.000.

Tak hanya NFP, AS juga akan merilis tingkat pengangguran periode Maret 2024 di hari yang sama. Konsensus pasar memperkirakan tingkat pengangguran AS tidak banyak berubah alias stabil di 3,9%.

Sementara tingkat penghasilan rata-rata per jam akan meningkat, dengan perkiraan analis sebesar 0,3% secara bulanan.

Data tersebut akan dipantau ketat oleh pelaku pasar dan The Fed. Apalagi, para pejabat The Fed sedang mencari data yang masuk untuk mengarahkan reaksi kebijakannya.

Pada konferensi pers pasca-pertemuan periode Maret, Ketua The Fed Jerome Powell mengatakan bahwa pasar tenaga kerja tetap kuat, meskipun pengetatan sudah berkurang. Namun masih relatif ketat.

Powell mengatakan bahwa penciptaan lapangan kerja yang kuat juga disertai dengan peningkatan pasokan pekerja terus meningkat, meskipun kesenjangan antara pekerjaan dan pekerja telah mengecil, permintaan akan tenaga kerja masih melebihi pasokan pekerja yang tersedia.

Oleh karena itu, Powell berpendapat bahwa risiko pencapaian sasaran lapangan kerja dan inflasi The Fed menjadi lebih seimbang. Namun, ia mengatakan bahwa setiap pelemahan yang tidak terduga di pasar tenaga kerja dapat memerlukan respons kebijakan dan hal ini dapat menjadi alasan bagi The Fed untuk memulai proses penurunan suku bunga.

CNBC Indonesia Research

[Gambas:Video CNBC]



Artikel Selanjutnya


Wall Street Dibuka Lesu Lagi, Reli Sudah Berakhir?

(chd/chd)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts