Awas! The Fed Bisa Rusak Jokowi Effect, Gagal Happy Weekend?

Jakarta, CNBC Indonesia – Pasar keuangan Indonesia ditutup beragam pada perdagangan Rabu (16/8/2023). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah tetapi nilai tukar rupiah justru menguat imbas positif dari Pidato Kenegaraan dan Pidato Nota Keuangan Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Setelah libur pada Kamis kemarin untuk memperingati Hari Kemerdekaan RI, pasar keuangan akan dibuka kembali hari ini. Pasar keuangan diperkirakan akan mendapat banyak tekanan terutama dari faktor eksternal. Selengkapnya mengenai sentimen pasar hari ini bisa dibaca pada halaman 3 artikel ini.

IHSG ditutup di zona merah pada perdagangan Rabu (16/8/2023). IHSG ditutup terkoreksi 0,21% ke posisi 6.900,54. IHSG masih bertahan di level psikologis 6.900.


Secara sektoral, sektor bahan baku menjadi pemberat terbesar IHSG pada hari ini, yakni mencapai 0,89%. Menjelang libur 17 Agustus kemarin, transaksi IHSG pada penutupan Rabu mencapai Rp11,92 triliun, lebih tinggi dibandingkan transaksi pada perdagangan Selasa (15/8/2023) sebesar Rp10,66 triliun.

Sebanyak 221 saham naik, 300 turun dan 219 tidak berubah dengan total transaksi 20,04 miliar lembar saham.

Salah satu saham teknologi RI menjadi pendorong pelemahan IHSG. Saham teknologi PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) menjadi pemberat IHSG terbesar pada perdagangan Rabu, yakni mencapai 8,7 indeks poin. Padahal, rugi bersih GOTO di semester I-2023 berhasil menyusut 48% menjadi Rp 7,16 triliun.

Selain itu, IHSG terpantau terkoreksi mengikuti pergerakan bursa saham global yang terpantau berjatuhan, karena pasar khawatir dengan dampak dari evaluasi peringkat utang puluhan bank di AS oleh Fitch Ratings.

Fitch Ratings memperingatkan kemungkinan harus menurunkan peringkat kredit puluhan bank, termasuk JPMorgan Chase.

Sebelum Fitch, Moody’s sudah terlebih dahulu menurunkan peringkat 10 bank di AS sambil menempatkan institusi besar lainnya dalam daftar pantauan untuk potensi penurunan peringkat.

Selain adanya pemangkasan peringkat perbankan AS oleh beberapa perusahaan pemeringkat internasional, investor juga khawatir terkait prospek suku bunga acuan bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed), setelah inflasi AS periode Juli 2023 kembali naik.

Selain The Fed, penggerak perdagangan pada Rabu lalu adalah Pidato Kenegaraan dan Pidato Pengantar Nota Keuangan 2024 dari Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Pidato tersebut berdampak positif ke nilai tukar rupiah. Mata uang Garuda berhasil menguat pada penutupan perdagangan Rabu (16/8/2023). Rupiah ditutup menguat 0,36% terhadap dolar AS di angka Rp15.280/US$. Hal ini memutus tren pelemahan rupiah dalam tiga hari terakhir beruntun dalam tiga hari terakhir.

Rupiah bahkan mampu keluar dari level psikologis Rp 15.300/US$1 setelah terjerembab di level tersebut selama dua hari terakhir.


Dalam Pidato Kenegaraan, Jokowi sangat menekankan pentingnya hilirisasi bagi Indonesia ke depan. Penegasan ini sepertinya menjadi sentimen positif pelaku pasar sehingga rupiah ikut menguat. Kelanjutan hilirisasi akan menguntungkan Indonesia dalam mendongkrak nilai ekspor sehingga membantu penguatan rupiah.

Dalam Pidato Presiden Republik Indonesia Pengantar RAPBN 2024 dan Nota Keuangannya, pemerintah mengajukan asumsi nilai tukar di angka Rp15.000/US$1 untuk tahun depan. Asumsi jauh lebih kuat dibandingkan posisi rupiah saat ini.

target pertumbuhan diajukan sebesar 5,2% sedangkan asumsi inflasi diajukan sebesar 2,8% atau lebih rendah dibandingkan inflasi saat ini periode Juli 2023 di angka 3,08%. Selain itu, asumsi makro untuk suku bunga Surat Berharga Negara (SBN) 10 tahun diajukan sebesar 6,7%.

Pemerintah mengajukan defisit anggaran sebesar Rp 522,8 triliun aau 2,29% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Defisit anggaran sebesar 2,29% dari PDB adalah yang terendah sejak 2019 (2,20% dari PDB).

Defisit sebesar Rp 522,8 triliun berdasarkan hitungan belanja negara sebesar Rp3.304,1 triliun sementara pendapatan negara sebesar Rp2.781,3 triliun.

Beralih ke pasar obligasi, yield obligasi FR tenor 3 tahun anjlok 2,25%. Hal ini berarti harga obligasi FR0040 sedang naik karena investor sedang tertarik membeli obligasi FR0040.

Berbeda dengan yield obligasi FR tenor 5 hingga 20 tahun yang kompak naik. Hal ini berarti harga obligasi sedang melemah karena investor sedang tidak tertarik membeli obligasi FR tersebut.


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts