Bank Dunia Bawa Kabar Tak Sedap, RI Siap-siap!

Jakarta, CNBC Indonesia – Bank Dunia mengungkapkan sederet persoalan yang akan dihadapi banyak negara pada tahun depan. Salah satunya berkaitan dengan pengetatan moneter yang akan berjalan dalam jangka cukup lama.

Pengetatan kebijakan moneter terjadi karena tingginya inflasi yang bersumber dari pangan dan energi imbas perang Rusia dan Ukraina. Amerika Serikat (AS) adalah contoh negara maju yang memulai kenaikan suku bunga acuan dengan agresif tersebut. Eropa dan Inggris juga mengikuti setelahnya.

Read More

Negara berkembang mau tak mau ikut akan kebijakan negara tersebut demi mengamankan aliran modal agar tidak keluar dan nilai tukar.

“Pengetatan kebijakan moneter global yang diharapkan saat ini mungkin tidak cukup untuk mendorong inflasi turun ke tingkat pra-pandemi selama dua tahun ke depan,” ungkap Lars Christian Moller, Macroeconomic, Trade and Investment Global Practice, East Asia and Pacific, World Bank dalam acara acara Annual International Forum on Economic Development and Public Policy (AIFED), Badung, Bali, Selasa (6/12/2022)

“Ada kemungkinan tiba-tiba kenaikan suku bunga acuan lebih signifikan dari perkiraan awal,” tegasnya.


Foto: Bank Dunia. (Dok. Bank Dunia)
Bank Dunia. (Dok. Bank Dunia)

Situasi itu juga akan mendorong perekonomian AS dan kawan-kawan menuju resesi kembali pada 2023. Dampaknya ekonomi dunia juga diperkirakan ikut terseret dalam zona mengerikan tersebut. “Ini akan memiliki konsekuensi yang parah untuk proyeksi pertumbuhan jangka panjang mereka sudah terpukul keras oleh kontraksi ekonomi tahun 2020,” papar Christian.

Negara seperti Indonesia mungkin tidak akan jatuh ke jurang resesi, namun tekanannya tetap terasa, khususnya dalam hal pembiayaan. Kebutuhan pemerintah untuk menutupi defisit belanja lewat penarikan utang harus dibayar lebih mahal.

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Terungkap! Resesi Bakal Menjauh Selama Orang RI Bisa Makan

(mij/mij)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts