Banyak Kabar Baik, Harga Emas Malah Merosot 2,5% Sepekan

Jakarta, CNBC Indonesia – Harga emas dunia pekan ini masih saja mencatatkan kinerja mengecewakan. Harga emas nyatanya belum juga membaik meskipun inflasi Amerika Serikat (AS) bergerak di bawah ekspektasi pasar.Sepekan harga emas ambruk 2,5%.

Read More

Pada perdagangan Jumat (12/8/2023) emas ditutup menguat tipis saja sebesar 0,06% ke posisi US$ 1.913,32 per troy ons. Penguatan ini setidaknya memutus derita emas empat hari beruntun. Kendati menguat nyatanya posisinya saat ini adalah yang terendah sejak 29 Juni 2023 atau dalam enam pekan terakhir.



Ambruknya harga emas pekan ini terjadi di tengah kabar baik dari Amerika Serikat (AS) di mana inflasi AS mencapai 3,2% (year on year/yoy) pada Juli 2023, meningkat dibandingkan 3,0% (yoy) pada Juni.Meskipun demikian, laju inflasi di bawah ekspektasi sebesar 3,3% YoY).

Kenaikan inflasi itu menjadi yang pertama kali dalam setahun terakhir, setelah dalam 12 bulan berturut-turut mencatatkan penurunan indeks harga konsumen (IHK).

Inflasi AS sempat menyentuh 9,1% YoY pada Juni 2022, tertinggi dalam 40 tahun terakhir akibat melonjaknya harga komoditas global, terutama di sektor energi, yang dipicu perang Rusia-Ukraina.

Sementara, inflasi inti, yang tak mencakup harga bergejolak tercatat sebesar 4,7% YoY pada Juli 2023, turun tipis dari dari bulan sebelumnya dan ekspektasi ekonom sebesar 4,8%% YoY.

Jika dilihat secara bulanan (month-to-month/MtM) inflasi AS pada Juli 2023 tercatat sebesar 0,2%, tak berubah dari bulan sebelumnya dan sesuai dengan ekspektasi pasar.

Selain inflasi, ada pula kabar baik dari data klaim pengangguran untuk pekan yang berakhir pada 5 Agustus. Jumlah pekerja yang mengajukan klaim pengangguran melonjak hingga mencapai 248 ribu. Jumlah ini lebih tinggi dari perkiraan consensus di 230 ribu.

Lonjakan data klaim pengangguran ini menjadi sinyal jika data tenaga kerja AS sudah mulai mendingin.

Kendati lebih baik dibandingkan ekspektasi pasar, harga emas tetap jatuh. Pelaku pasar melihat inflasi AS masih tinggi dan sulit bergerak menuju target bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) yakni 2%.

Kondisi ini membuat pasar pesimis jika The Fed akan segera melunak. Terlebih, sejumlah pejabat The Fed masih menyuarakanhawkish.
Presiden The Fed San Fransico Mary Daly mengatakan jika The Fed masih memiliki pekerjaan panjang untuk menekan inflasi.

CME’s FedWatch Tool menunjukkan pasarmelihat 90,5% kemungkinan The Fed akan menahan suku bunga di level saat ini yakni 5,25-5,50% pada September. Kemungkinan ini naik dari 86,5% pada data sebelumnya.

Analis dari Capital Economics,Edward Gardner, mengatakan harga emas terjun karena pelaku pasar shock dengan data inflasi.
“Angka inflasi benar-benar mengejutkan sehingga harga emas pun melemah,” tutur Gardner, dikutip dariReuters.

Kendati melemah, OCBC Executive Director dan FX Strategist Christopher Wong menjelaskan harga emas bisa langsung menguat jika sudah ada sinyal pemangkasan suku bunga.

“Outlook emas sebenarnya masih bagus, emas bisa bersinar jika pelaku pasar sudah melihat ada kemungkinan The Fed memangkas suku bunga atau ada tren disinflasi,” ungkap Wong.

Sebagai catatan, harga emas sangat sensitif terhadap kenaikan suku bunga The Fed, karena hal ini meningkatkan biaya peluang memegang emas batangan yang tidak memberikan yield.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

[Gambas:Video CNBC]



Artikel Selanjutnya


Sempat Tertekan, Harga Emas Bakal Pesta Pora Pekan Ini?

(aum/aum)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts