Barokah & Cuan! Ini Saham Syariah Tersakti Tahun Ini

Jakarta, CNBC Indonesia – Kinerja saham emiten ritel hingga consumer goods dan semen cenderung menduduki posisi teratas di daftar Jakarta Islamic Index (JII) sepanjang 2023. Sedangkan, emiten tambang cenderung menjadi top losers di indeks tersebut.

Read More

Saham emiten peralatan rumah tangga PT Aces Hardware Indonesia Tbk (ACES) menjadi top gainers indeks JII dengan lonjakan 45,16% year to date (YtD) ke Rp720 per saham per 31 Juli 2023.

Saham ACES sedang dalam pembalikan tren usai menyentuh bottom pada pertengahan April lalu. Dana investor asing mengalir deras ke ACES, dengan nilai pembelian bersih (net buy) Rp226,70 miliar di pasar reguler.

Optimisme terhadap perbaikan kinerja ACES tampaknya turut mendorong antusiasime investor tahun ini dan mengangkat harga saham dari Rp496/saham pada 26 Desember 2022 ke Rp720/saham.

ACES sendiri belum melaporkan kinerja per semester I-2023. Sebelumnya, pada kuartal I 2023, ACES membukukan laba bersih Rp158,4 miliar atau tumbuh 3,2% secara tahunan (YoY). Pendapatan bersih perusahaan juga naik 4,3% yoy menjadi Rp1,67 triliun

Saham emiten bank syariah PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) juga tampil moncer dengan lonjakan harga 28,29% YtD. Mirip ACES, asing juga menumpuk pembelian bersih di BRIS hingga Rp348,55 miliar sejak awal 2023.

Kinerja saham yang positif tersebut seiring rapor keuangan yang bagus. Sepanjang tiga bulan pertama 2023, BRIS berhasil membukukan laba bersih sebesar Rp1,46 triliun. Angka ini naik 47,65% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp988 miliar.

Laba yang tumbuh solid terdorong dari net margin income atau pendapatan setelah bagi hasil yang naik 13,47% year-on- year menjadi Rp4,06 triliun karena penyaluran pembiayaan yang tumbuh ekspansif 20,15% dari Rp177,50 triliun di kuartal 1-2022 menjadi Rp213,27 triliun di kuartal 1-2023.

Pembiayaan yang tumbuh ekspansif juga disertai dengan kualitas aset yang terjaga, terlihat dari rasio Non-Performing Fund Gross (NPF) yang turun secara tahunan dari 2,91% menjadi 2,36% di kuartal 1-2023.

Seperti ACES, BRIS juga belum merilis kinerja keuangan paruh pertama 2023.

Saham emiten otomotif dan konglomerat PT Astra International Tbk (ASII) juga tumbuh positif, dengan kenaikan 20,18 persen YtD. Saham ASII sendiri baru masuk indeks JII dalam evaluasi mayor 29 Mei lalu dengan periode efektif konstituen Juni-November 2023.


Setelah menuai berkah boom komoditas pada 2022, laba bersih ASII turun 4% yoy menjadi Rp17,4 triliun per semester I-2023. Penurunan laba tersebut kendati perusahaan membukukan kenaikan pendapatan 13% menjadi Rp162,4 triliun.

Duo raksasa consumer goods Grup Indofood, ICBP dan INDF, juga masing-masing tumbuh 11,75% dan 8,92% YtD.

Berbeda nasib, saham tambang batu bara PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) anjlok 37,66% YtD, saham emiten LPG dan amonia PT Surya Esa Perkasa Tbk (ESSA) jeblok 31,69% dan PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) minus 30,11% sejak awal tahun.

Saham batu bara lainnya, PT Indika Energy Tbk (INDY) dan PT Bukit Asam Tbk (PTBA), juga merosot tajam 27,47% dan 24,93% selama 2023.


Investor melakukan aksi ambil untung (profit taking) usai saham-saham batu bara berpesta selama 2022 seiring lonjakan tinggi harga batu bara kala itu.

Kini, harga batu bara kembali sedang mengalami tren kenaikan jangka pendek dan menembus reli penguatan harga selama sembilan hari berturut-turut atau rekor terpanjang tahun ini.

Harga batu bara ICE Newcastle kontrak Agustus telah rebound 13,7% ke US$ 144,65 per ton, dari terendahnya tahun ini di US$127,15 per ton.

Penguatan harga si pasir hitam disinyalir akibat potensi pertumbuhan ekonomi China yang telah memangkas suku bunga, meski Amerika Serikat masih hawkish.

Hal ini disebabkan China merupakan konsumen batu bara terbesar dunia, sehingga pergerakan harga akan sangat bergantung dengan konsumsi China.

Indeks JII sendiri ambles 6,5% sejak awal tahun, lebih buruk dibandingkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang masih tumbuh positif 0,96% YTD.

Informasi saja, JII adalah indeks saham syariah yang pertama kali diluncurkan di pasar modal Indonesia pada 3 Juli 2000. Konstituen JII hanya terdiri dari 30 saham syariah paling likuid yang tercatat di BEI.

Sama seperti Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI), review saham syariah yang menjadi konstituen JII dilakukan sebanyak dua kali dalam setahun, Mei dan November, mengikuti jadwal review DES oleh OJK.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

[Gambas:Video CNBC]



Artikel Selanjutnya


IHSG Mampu Uji 6.800 atau Bakal Lesu Lagi Hari Ini?

(trp/trp)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts