Begini Proyeksi Bos BNI Soal Kredit Tahun Ini

Jakarta, CNBC Indonesia – PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. atau BBNI menilai pertumbuhan kredit tahun ini tidak dapat dipotret dalam satu periode saja. 

Read More

Mengutip data Bank Indonesia, industri perbankan menyalurkan kredit senilai Rp 6.636,1 triliun, naik 7,7% secara tahunan (yoy). Capaian ini melambat dibandingkan bulan sebelumnya kredit tumbuh 9,5% yoy atau masih dalam rentang target BI, yakni 9%-11%.

Direktur Utama BNI Royke Tumilaar mengatakan bahwa perlambatan pertumbuhan kredit pada semester I 2023 disebabkan oleh realisasi belanja pemerintah yang terlambat. Menurutnya belanja pemerintah merupakan pendorong ekonomi dan pada akhirnya meningkatkan kebutuhan pembiayaan pelaku usaha. 

“Semester I agak slow [kredit], karena  pemerintah cenderung kejar funding dulu,” katanya dalam acara Money Talks Power Lunch CNBC TV, Kamis (3/8/2023). 

Selain itu dia menilai tahun ini ekonomi tidak lagi mendapatkan berkah dari harga komoditas. Alhasil para pengusaha sedikit mengerem ekspansi dan membuat korporasi wait and see untuk meminta pembiayaan dari perbankan. 

Kendati demikian, dia optismistis pada semester II 2023 pertumbuhan kredit akan melaju lebih kencang. Hal ini seiring dengan bergerakan sejumlah industri besar, seperti hilirisasi, logistik, hingga rumah sakit. 

“Jadi ada satu industri besar gerak itu akan menumbuhkan yang lain,” kata Royke. 

Sementara itu, BNI memperkirakan kredit akan tumbuh 7% hingga 9% secara tahunan. 

Adapun bila mengutip data Bank Indonesia, perlambatan pertumbuhan kredit utamanya disebabkan oleh kredit korporasi yang melambat 260 basis poin (bps) menjadi 6,4% yoy. Kredit yang menyasar korporat ini berkontribusi 51,28% atau setara Rp 3.402,8 triliun.

Pada periode yang sama, kredit perorangan melambat 60 bps menjadi 9,1% yoy. Kredit perorangan menyumbang 47,94% atau Rp 3.181,1 triliun.

Detailnya, kredit investasi pertumbuhannya turun 320 basis poin (bps) menjadi 8,4% yoy dari 11,6%. Industri pengolahan anjlok cukup dalam, yakni dari 16,4% yoy menjadi 7,9% yoy.

Bila dilihat, kredit perorangan melambat karena kredit kendaraan bermotor dan kredit multiguna. Pada periode yang sama, kredit pemilikan rumah (KPR) justru menguat.

Senada dengan sektor yang lain, pertumbuhan kredit kepada usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) juga melambat. Kredit UMKM tercatat naik 7,1% yoy, turun 40 bps dibandingkan pertumbuhan bulan sebelumnya.

Kredit skala mikro melambat 80 bps, sedangkan kontraksi pada kredit kecil dan menengah semakin besar.

Adapun BI telah memangkas target pertumbuhan kredit tahun ini. Dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) terakhir, Perry mengatakan pertumbuhan kredit tahun ini akan berada pada rentang 9% hingga 11% secara tahunan. Angka tersebut turun dibandingkan dengan proyeksi yang dikeluarkan akhir 2022, yakni 10% hingga 12% secara tahunan.

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Pemerintah Dorong Penguatan Asuransi Lewat Penjaminan Polis

(mkh/mkh)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts