Belajar dari Charles Feeney, Konglomerat yang Sumbang Rp125 T


Read More

Jakarta, CNBC Indonesia – Salah satu pendiri Duty Free Shoppers, Charles Feeney, telah meninggal dunia pada Oktober lalu di San Francisco. Ia menghembuskan napas terakhirnya pada usia 92 tahun.

Kabar ini disampaikan oleh Atlantic Philanthropies, organisasi amal yang dirintisnya dan menjadi tempat dia mengalirkan seluruh kekayaannya demi kemanusiaan.

Pada akhir hayatnya, Feeney memilih tinggal dalam kesederhanaan bersama istrinya di apartemen San Francisco, menikmati hari-harinya dengan kesenangan sederhana seperti menonton pertandingan bisbol.

Feeney menghasilkan miliaran dolar dengan mengoperasikan jaringan toko global yang menjual minuman keras, parfum, perhiasan, dan barang-barang lainnya di pusat-pusat wisata. Sebagian besar kesuksesannya, katanya, adalah “keberuntungan yang bodoh,” dan dia tidak memerlukan harta berlimpah untuk menopang selera hidupnya yang sederhana.

Karena hal itu, Feeney mendirikan yayasan amal yang menyumbangkan sekitar US$ 8 miliar atau sekitar Rp125,4 triliun. Dia pun hanya menyimpan sekitar $2 juta atau Rp31,6 miliar untuk menutupi masa pensiunnya.

Setelah sukses menjadi pengusaha, hidup Charles Francis Feeney atau Chuck Feeney sudah bahagia. Dia tercatat punya rumah di San Fransisco dan sudah berkeliling ke puluhan negara di dunia.

Soal harta, tidak ada lagi yang bisa dilakukan sebab dia sudah berada di puncak kesuksesan. Namun, pada suatu waktu Chuck terpikirkan satu kegiatan yang belum dilakukannya. Yakni beramal atau aktif di kegiatan filantropis.

“Tak ada alasan untuk menunda beramal. Kegiatan ini bisa membuat kita mendapat tujuan yang bermanfaat. Lebih menyenangkan beramal saat kita hidup dibanding saat meninggal,” katanya kepada Forbes.

Sejak itulah, dia mendirikan organisasi Atlantic Philanthropies pada tahun 1982. Organisasi ini bertujuan sebagai wadah pendistribusian kekayaannya untuk tujuan positif di berbagai proyek internasional yang didukungnya. Sektor utama gerak organisasi itu adalah kesehatan, pendidikan, rekonsiliasi, dan hak asasi manusia.

Menariknya, Chuck bukan tipikal orang kaya yang pamer kegiatan beramal. Dia melakukannya secara diam-diam. Diketahui, selama 15 tahun pertama, yayasan itu bergerak secara senyap. Tak banyak yang mengetahui bahwa ada yayasan bernama Atlantic Philanthropies yang didanai oleh Chuck.

Tak heran, selama masa-masa itu dia dijuluki ‘James Bond of Philanthropy’ sebelum identitasnya terungkap pada 1997. Setelah diketahui publik, barulah dunia gempar. Bahwa, yayasan misterius yang mendanai aksi kemanusiaan di Vietnam dan beberapa negara Afrika adalah milik Chuck Feeney.

Mengutip BBC International, diketahui pengusaha asal Amerika itu telah menyumbangkan hampir US$ 9 miliar (Rp 134 triliun) di seluruh dunia melalui yayasan pribadinya, Filantropi Atlantik. Pria yang lahir dari orang tua keturunan Irlandia-Amerika ini juga telah memberikan US$ 570 juta (Rp 8,5 triliun) ke Irlandia Utara selama empat dekade.

Akibat sudah terlanjur terbongkar, Chuck justru semakin masif melakukan aksi filantropis dan menjadi figur utama di kegiatan ini. Sejak abad ke-21, dia secara resmi mengeluarkan kampanye Giving While Living. Dalam laman resminya, kampanye itu mendorong orang-orang kaya untuk berdonasi ketika masih hidup karena dapat memberikan kepuasan luar biasa akibat perubahan yang kita saksikan dan buat untuk dunia.

Forbes menyebut dia sudah beramal sebanyak US$ 3,7 miliar di sektor pendidikan, US$ 870 juta di bidang HAM dan perubahan sosial. Lalu US$ 350 juta untuk mengubah Pulau Roosevelt di New York menjadi pusat teknologi. Dan US$ 270 Juta untuk peningkatan kesehatan publik di Vietnam.

Jika dihitung dari awal mula berderma, Chuck tercatat sudah mengeluarkan uang lebih dari US$ 10 miliar atau 130-an triliun. Angka ini 375.000% lebih besar daripada asetnya sekarang. Besarnya pengeluaran tersebut membuat dirinya menyatakan sudah jatuh miskin pada akhir 2020, meski dengan cara terhormat dan kepuasan luar biasa.

Pada akhirnya, semangat yang dibawa Chuck menjadi inspirasi bagi para orang-orang kaya di seluruh dunia untuk menyumbangkan sebagian harta kekayaannya selama masih hidup, atau wasiat. The Guardian menyebut, berkat efek Chuck, ada 200-an orang kaya yang mulai aktif di kegiatan amal, termasuk Warren Buffett, Bill Gates, Mark Zuckerberg, dan Jeff Bezos.

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Gubernur BI: Rupiah Adalah Mata Uang Terbaik Dunia

(ayh/ayh)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts