BI Kabarkan Utang RI Tembus US$400 miliar, Rupiah Turun Tipis


Read More

Jakarta, CNBC Indonesia – Rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pasca Bank Indonesia (BI) mengumumkan utang Indonesia yang mengalami kenaikan dan Badan Pusat Statistik (BPS) yang menunjukkan data neraca dagang Indonesia surplus di atas ekspektasi.

Dilansir dari Refinitiv, rupiah ditutup melemah tipis di angka Rp15.550/US$ atau turun sebesar 0,03%.

Sementara DXY pada pukul 14.43 WIB naik 0,04% menjadi 102,45. Angka ini lebih tinggi dibandingkan penutupan perdagangan Jumat (12/1/2024) yang berada di angka 102,4.



Hari ini, BI telah merilis data Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia kembali naik pada November 2023. Hal ini salah satunya dikarenakan pemerintah menarik utang baru dalam bentuk global sukuk senilai US$2 miliar atau Rp31,1 triliun (kurs Rp15.550).

Posisi ULN Indonesia pada November 2023 tercatat sebesar US$400,9 miliar atau sekitar Rp6.237 triliun. Sementara ULN Oktober US$394,4 miliar.

“Perkembangan ULN tersebut terutama disebabkan oleh transaksi ULN sektor publik,” kata Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono.

“Selain itu, posisi ULN pada November 2023 juga dipengaruhi oleh faktor pelemahan mata uang dolar AS terhadap mayoritas mata uang global yang berdampak pada meningkatnya angka statistik ULN Indonesia valuta lainnya dalam satuan dolar AS,” terangnya.

Utang yang semakin meningkat ini memberikan kekhawatiran pelaku pasar atas kemampuan Indonesia dalam mengelola utang dan rasio utang terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Kendati demikian, hingga saat ini, utang RI masih cukup terkendali dan aman.

Selain itu, hari ini, BPS telah merilis data neraca dagang yang tercatat surplus di atas ekspektasi pasar.

Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia dari 10 lembaga memperkirakan surplus neraca perdagangan pada Desember 2023 akan mencapai US$1,95 miliar.

Namun pada kenyataannya, neraca dagang Indonesia surplus sebesar US$3,3 miliar pada Desember 2023. Surplus ini jauh lebih besar dibandingkan US$2,41 miliar pada November 2023.

Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini mengatakan surplus pada bulan Desember ini meningkat dibandingkan bulan sebelumnya, namun leibh rendah pada Mei 2022.

“Surplus Desember 2023 ditopang surplus komoditas nonmigas yaitu US$5,2 miliar dengan komoditas penyumbang adalah bahan bakar mineral, lemak dan minyak hewan nabati, besi baja,” kata Pudji.

Kendati demikian, impor Indonesia tercatat cukup rendah dari tumbuh 3,29% year on year/yoy pada November 2023 menjadi -3,81% yoy pada Desember 2023.

Hal ini juga memberikan sentimen negatif bagi perekonomian Indonesia mengingat peristiwa natal dan tahun baru seharusnya mampu mengangkat konsumsi dan daya beli masyarakat.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[Gambas:Video CNBC]



Artikel Selanjutnya


Rupiah Terkena Efek The Fed, Bikin Dolar Tembus Rp 15.500

(rev/rev)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts