BI Kuras Rp153 Triliun Cadangan Devisa Demi Rupiah

Jakarta, CNBC Indonesia – Bank Indonesia (BI) ternyata telah menghabiskan cadangan devisa hingga US$ 9,8 miliar atau Rp 153,86 triliun (asumsi kurs Rp 15.700/US$) untuk memperkuat rupiah melawan ‘strong dollar’.

Read More

Seperti diketahui, cadangan devisa BI sempat mencapai US$ 141,1 miliar per Februari 2022, sebelum akhirnya turun hingga US$ 130,2 miliar per Oktober 2022.

Tren penurunan cadangan devisa ini dipengaruhi oleh tren penguatan dolar AS yang menekan rupiah, serta kaburnya modal asing dari dalam negeri karena fenomena ‘cash is the king’.

BI pun terpaksa merogoh cadangan devisa lebih dalam rangka menjaga stabilisasi nilai tukar.

“Kami intervensi dalam jumlah yang besar. Cadangan devisa kami turun dari US$ 139,9 miliar menjadi sekitar US$ 130,1 miliar,” papar Perry dalam rapat kerja dengan Komisi XI DPR RI, dikutip Selasa (22/11/2022).

Perry menegaskan pihaknya akan menjaga cadangan devisa untuk tidak turun lebih lanjut. BI mengaku putar otak agar devisa hasil ekspor bisa tetap tinggal lebih lama di dalam negeri.

Menurut Perry, BI bahkan terus bernegosiasi dengan perbankan dalam rangka mencari cara agar eksportir mau menyimpan dolarnya di Tanah Air.

Hingga 18 September 2022, rupiah memang melemah 8,6%. Tetapi jika dibandingkan dengan penguatan dolar ataupun pelemahan negara lain, hal ini relatif baik.

“Kami mati-matian untuk menstabilisasi rupiah supaya imported inflation tidak terlalu tinggi, stabilitas moneter terjaga, kondisi korporasi juga baik, sehingga secara keseluruhan juga baik,” tegasnya.

Tak hanya itu, tahun depan, BI telah mempersiapkan skenario berat.

Anggaran Tahunan Bank Indonesia (ATBI) 2023 diperkirakan mengalami defisit sebesar Rp 19,9 triliun. Defisit ini dipicu oleh defisit pada pos anggaran kebijakan Rp 33,16 triliun.

“Secara keseluruhan tahun RATBI 2023 diprakirakan defisit sebagaimana dilihat di tabel Rp 19,99 triliuan terutama dari defisit anggaran kebijakan. Anggaran kebijakan defisit Rp 33,15 triliun di mana anggaran operasional surplus Rp 13,16 triliun,” kata Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo.

Dia mengatakan anggaran kebijakan ini berkaitan dengan langkah-langkah bank sentral melakukan untuk melakukan stabilitas baik, kenaikan suku bunga dan menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.

Dengan demikian, posisi defisit ini berarti BI akan terus menaikkan suku bunga acuan dan upaya stabilitasi nilai tukar akan lebih menantang ke depannya, mengingat kondisi global yang masih diwarnai ketidakpastian.

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Jangan Sampai Dolar AS Rp15.000, BI Harus Kerja Keras

(haa/haa)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts