penyebabsakit.com

BI Optimistis Proyek Garuda Bakal Bikin Rupiah Tokcer

Jakarta, CNBC Indonesia – Rupiah digital dipercaya akan memberikan angin segar terhadap pergerakan nilai tukarnya jika dihadapkan dengan mata uang lainnya. Ini karena konsep peredarannya akan disesuaikan dengan sistem pengembangan mata uang digital lainnya.

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan, dari sisi teknologinya, Proyek Garuda rupiah digital akan sesuai dengan pengembangan mata uang digital di Eropa melalui Proyek Dunbar maupun Proyek m – Bridge di kawasan Asia maupun Timur Tengah.

Dengan adanya integrasi, interkoneksi, interoperabilitas mata uang digital ini antar negara, Perry mengungkapkan nantinya gubernur bank sentralnya akan mengadakan pertemuan untuk penentuan nilai tukarnya melalui exchange rate arrangement.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO RESUME CONTENT

“Nanti ada kesepakatan antara bank sentral bagaimana penentuan nilai tukar, bagaimana pengawasan arus modal antar negara secara digital, dan juga tentu saja untuk yang lain, pengawasan operasional, keamanan siber, itu ada surveillance-nya,” kata Perry di kantornya, Senin (5/12/2022).

Meski demikian, Kepala Grup Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran BI Ryan Rizaldy menambahkan, nilai tukar rupiah digital itu tentunya nanti tidak akan ada perbedaan dengan nilai tukar rupiah yang ada selama ini dalam bentuk kartal atau kertas maupun logam.

“Sebelum ada rupiah digital, kita kenal ada uang kertas, uang logam, yang berbentuk rekening giro, uang yang diterbitkan bank umum, uang yang muncul dari fintech, semuanya mata uangnya sama yaitu rupiah,” ujar Ryan.

Di sisi lain, ia melanjutkan, rupiah digital tidak akan memberikan dampak yang signifikan terhadap sistem pasar keuangan secara keseluruhan. Sebab rupiah digital didesain sebagai alat pembayaran murni yang tidak memberikan remunerasi kepada pemegangnya.

“Seperti dijelaskan di white paper, tidak memberikan remunerasi, atau tidak ada suku bunganya, artinya dia tidak akan head to head dengan produk-produk beremunerasi yang ada di perbankan, dengan demikian dampak disintermediasinya bisa kita minimalkan,” ucap Ryan.

Risiko kredit rupiah digital pun menurutnya juga nihil atau nol, sehingga ketika ada kekhawatiran tekanan di pasar keuangan, terjadi flight to quality, BI bisa memitigasi dengan melalui berbagai macam parameter, seperti caping, jumlahnya dibatasi, sehingga ini tidak akan memperburuk kondisi perbankan.

Dari sisi dampak moneternya pun ditegaskannya netral sebagaimana uang kartal dan giro. Ini karena rupiah digital diterbitkan sebagai pelengkap saja dari uang-yang bank sentral yang sudah ada saat ini, seperti uang kertas, uang logam, dan rekening giro. Dengan begitu proses terjadinya pun berupa konversi dari uang-yang ada sehingga tidak menambah jumlah peredaran rupiah.

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Dolar AS Sudah Rp15 Ribu, Masih Aman Nih Pak Gubernur BI?

(haa/haa)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Exit mobile version