BI Siapkan ‘Bonus’ Bank Rajin Kasih Kredit, Ini Lengkapnya!

Jakarta, CNBC Indonesia – Bank Indonesia (BI) akan menerapkan insentif likuiditas makroprudensial (KLM) terbaru bagi perbankan yang menyalurkan kredit atau pembiayaan secara cepat ke sektor-sektor prioritas. Bentuknya adalah potongan untuk setoran giro wajib minimum (GWM).

Read More

Kepala Departemen Kebijakan Makroprudensial Bank Indonesia, Bapak Solikin M. Juhro mengatakan, karena insentif ini dalam bentuk pengurangan GWM, maka akan menambah pasokan likuiditas perbankan yang aktif menyalurkan kredit atau pembiayaan, ketimbang yang tidak aktif.

“Itu insentif likuiditasnya dalam bentuk pengurangan GWM yang 9% kan,” kata Solikin dalam Taklimat Media di Gedung Bank Indonesia, Jakarta, Rabu (9/8/2023).

Adapun sektor-sektor kredit yang bisa mendapatkan insentif itu terbagi ke empat sektor. Sektor pertama adalah hilirisasi minerba seperti industri di sektor nikel, timah, tembaga, bauksit, serta besi baja, emas perak, aspal buton, maupun batubara.

Untuk di sektor hilirisasi minerba ini, bank-bank harus mampu meningkatkan kredit atau pembiayaannya sebesar 3-7% untuk mendapat potongan GWM sebesar 0,2%. Sedangkan bagi yang bisa menyalurkan di atas 7% akan mendapatkan insentif sebesar 0,3%.

“Kalau bank sangat rajin, semua sektor itu dibiayai dengan growth tinggi, dia dapat insentif nanti, dapatnya GWM gak perlu dipenuhi 9%,” ujar Solikin.

Hitungan insentif akan sama untuk sektor sisanya. Misalnya, untuk sektor hilirisasi non minerba seperti tanaman pangan, pada, cabai, bawang; tanaman perkebunan CPO dan tebu, tanaman perkebunan, hingga perikanan dan peternakan.

Insentif bagi sektor hilirisasi non minerba ini akan mendapatkan potongan GWM 3-7% akan mendapatkan insentif potongan GWM sebesar 0,6% sedangkan untuk yang mampu membuat pertumbuhan kredit atau pembiayaannya di sektor itu di atas 7% mendapat insentif 0,8%.

Adapun untuk sektor perumahan, seperti KPR, KPA, konstruksi gedung tempat tinggal, serta real estate tempat tinggal akan mendapat insentif 0,5% bila penyaluran kreditnya tumbuh 3-7%, dan jika mampu di atas 7% mendapatkan 0,6%.

Sektor prioritas terakhir adalah pariwisata yang terdiri dari penyedia akomodasi, makanan, dan minuman. Insentif yang disiapkan sebesar 0,25% jika kreditnya tumbuh 3-7%, dan insentif sebesar 0,3% jika kreditnya tumbuh 7%.

Ada pula untuk insentif likuiditas pembiayaan inklusif yang besaran insentifnya 0,1%-1% jika Rasio Pembiayaan Inklusif Makroprudensial (RPIM) nya mampu di atas 10-50%. Juga untuk ulta mikro atau UMi 0-3% dengan insentif 0,3-0,5%.

Terakhir adalah insentif likuiditas makroprudensial untuk pembiayaan hijau dengan besaran potongan GWM 0,3-0,5% untuk yang mampu memberikan pangsa kredit atau pembiayaannya di sektor lingkungan sebesar 0-5%.

Dengan demikian, total penetapan besaran insentif paling besar 4%, meningkat dari sebelumnya paling besar 2,8%. Sehingga GWM yang perlu bank-bank setorkan ke Bank Indonesia jika mampu memanfaatkan seluruh ruang kredit itu hanya sekitar 6%.

“jadi dia tidak perlu penuhi GWM nya 9% cukup sekitar 6,2% kalau dia penuhi secara maksimal,” ucap Solikin.

“Kenapa kita tingkatkan karena kita kan tentu evaluasi, dari evaluasi kita terbukti bahwa insentif ini berdampak positif ke penyaluran kredit jadi kredit kita kalau enggak ada kebijakan ini sebagian tertahan di GWM,” ungkapnya.

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Ramalan Terbaru BI: Ekonomi RI Tumbuh 5,1-5,2% di 2023

(mij/mij)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts