BI Tahan Suku Bunga, Asing Pada Masuk, Rupiah Full Senyum?


Jakarta, CNBC Indonesia – Suku bunga Bank Indonesia (BI) ditahan, gerak rupiah melawan dolar Amerika Serikat (AS) terpantau mulai menguat lagi, sejalan dengan derasnya dana asing yang masuk. Akankah penguatan ini bisa berlanjut hari ini?

Read More

Melansir data Refinitiv, rupiah ditutup menguat di angka Rp15.550/US$ atau terapresiasi 0,13% pada perdagangan kemarin, Kamis (23/11/2023). Penguatan tersebut berbanding terbalik dengan pelemahan yang terjadi pada hari sebelumnya, Rabu (22/11/2023) sebesar 0,87%.

Rupiah mengalami penguatan pasca BI mengumumkan bahwa suku bunga acuannya ditahan di level 6%. Sementara suku bunga Deposit Facility juga tetap 5,25%, begitu pun suku bunga Lending Facility pada level 6,75%.

Hal ini sejalan dengan mayoritas lembaga yang dihimpun oleh CNBC Indonesia. Dari 13 institusi yang terlibat dalam pembentukan konsensus, 10 instansi/lembaga memperkirakan BI akan menahan suku bunga di level 6,00%. Suku bunga Deposit Facility kini berada di posisi 5,25%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,75%.

Selain itu, Gubernur BI Perry Warjiyo juga menegaskan bahwa aliran modal asing ke pasar keuangan domestik sejalan dengan persepsi positif investor dengan imbal hasil yang menarik di tengah ketidakpastian global yang masih tinggi.

Tak hanya itu, penguatan rupiah didorong derasnya dana asing yang masuk ke Tanah Air. Hingga 21 November 2023, BI mencatat net inflow mencapai Rp40,46 triliun.

Lebih lanjut, Perry juga mengatakan strategi operasi militer yang pro market melalui instrumen Sekuritas Rupiah BI (SRBI) dan Sekuritas Valas BI (SVBI) dioptimalkan guna meningkatkan manajemen likuiditas industri keuangan domestik dan menarik masuknya aliran portofolio asing dari luar negeri.

Sebagai catatan, lelang SVBI pada 21 November lalu memberikan hasil yang cukup menggembirakan, dimana instrumen tersebut disambut baik pelaku pasar.

Kemudian, ada juga SRBI sudah mulai diterbitkan BI sejak 15 September 2023. Pada tahap awal SRBI diterbitkan dengan tenor 6, 9, dan 12 bulan. Minimal nominal transaksinya adalah senilai Rp 1 miliar dengan kelipatan nominal penawaran Rp 100 juta. Per 22 November 2023 outstanding transaksinya sudah mencapai Rp 178,8 triliun, dan 30% sudah diperdagangkan di pasar sekunder.

Secara nilai, transaksi SRBI di pasar sekunder yang sebesar 30% itu sekitar Rp 50 triliun, dengan besaran porsi dari investor asing mencapai 15,2% atau senilai Rp 27 triliun. Artinya, aliran modal asing yang masuk ke instrumen investasi pasar uang itu kata dia sebesar Rp 27 triliun.

Tidak sampai di situ, BI juga akan terus menjaga nilai tukar sesuai dengan fundamentalnya. Di samping itu tetap siaga dengan sederet instrumen untuk menjaga stabilitas nilai tukar.

Teknikal Rupiah

Gerak rupiah dalam melawan dolar AS secara teknikal dengan basis waktu per jam menunjukkan tren penguatan yang masih kokoh, walaupun sempat terjadi pelemahan tajam yang menyebabkan adanya gap up.

Tren penguatan rupiah terpantau masih mengikuti garis rata-rata selama 200 jam atau moving average 200 (MA200). Selama masih bergerak di bawah garis MA200 tersebut maka tren rupiah masih terjaga menguat.

Target penguatan terdekat bisa dicermati pada posisi level psikologis Rp15.500/US$, posisi ini juga berdekatan dengan low candle 17 November 2023 dan potensi menjadi area tutup gap. Di lain sisi jika ada pelemahan bisa cermati resistance terdekat pada Rp15.615/US$ yang bertepatan dengan garis horizontal dari high candle 16 November 2023.




Foto: Tradingview
Pergerakan rupiah melawan dolar AS

CNBC INDONESIA RESEARCH

[Gambas:Video CNBC]



Artikel Selanjutnya


Dolar AS Masih Terus Menguat, RI Waspada Tsunami Ekonomi

(tsn/tsn)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts