BI Terbitkan SRBI untuk Rayu Asing, Jadi Saingan SBN?

Jakarta, CNBC Indonesia – Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia (BI) Edi Susianto memastikan, penerbitan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) yang menjadi instrumen operasi moneter baru untuk menyerap likuiditas valuta asing (valas) tak akan bersaing dengan surat berharga negara (SBN) oleh pemerintah.

Read More

Meskipun SRBI menjadikan SBN yang telah dimiliki BI dari pemerintah sebagai underlying asset atau agunan, Edi menekankan, bukan berarti BI akan menyaingi penerbitan SBN pemerintah dalam menyerap likuiditas, melainkan sebatas untuk mengisi kekosongan penerbitan SBN dari pemerintah.

“Karena ini alternatif, kita saling support. Tentu ini bahkan bisa isi kekosongan ketika penerbitan SBN pemerintah yang mengalami kecenderungan menurun,” ujar Edi saat Taklimat Media di Kantor Pusat BI, Jakarta, Senin (28/8/2023).

Ia juga membantah penerbitan SRBI ini untuk melepas SBN yang telah dimiliki BI dari hasil berbagi beban atau burden sharing dengan pemerintah selama masa Pandemi Covid-19. Menurutnya, ini tak ada hubungannya, karena SBN hanya sebatas agunan dari SRBI.

Sebagai catatan, kepemilikan SBN oleh BI pada 2019 hanya sejumlah Rp262,49 triliun dan mengalami akselerasi yang sangat signifikan hingga akhir 2022 tercatat sebesar Rp1.020 triliun atau naik sebesar 288% dalam waktu tiga tahun. Bahkan pada April 2023 tercatat kepemilikan SBN oleh BI sedikit mengalami kenaikan menjadi Rp1.112,84 triliun.

“Oh ini tidak dikaitkan dengan itu dulu, ini hal yang berbeda, jadi ini hanya alternatif. Kalau diminati oleh asing ini pun akan men-support financial account, ya berarti men-support likuiditas valas di kita,” tutur Edi.

Sementara itu, Kepala Departemen Pendalaman Pasar Keuangan Dony Hutabarat menegaskan, bila instrumen ini akan terus diminati oleh asing sebagai salah satu instrumen investasi karena bisa diperdagangkan dengan tenor 6, 9, dan 12 bulan, maka BI juga akan bisa terus membeli SBN.

“Karena underlying SBN, kalau instrumen ini terus meningkat tentunya kebutuhan SBN kita bertambah dan tentu BI akan terus beli SBN dalam konteks kalau SRBI ini terus berkembang,” tutur Dony.

BI pun telah mengumumkan, pelelangan instrumen moneter SRBI akan dilaksanakan setiap dua hari dalam sepekan, mulai 15 September 2023. Hari pelelangan yang ditetapkan ialah setiap Rabu dan Jumat, dan detailnya akan langsung diumumkan melalui website BI.

Mekanisme lelangnya dilakukan di pasar primer maupun di pasar sekunder. Untuk di pasar primer, BI akan mengumumkan rencana lelang SRBI dan menyelenggarakan lelangnya di sistem Bank Indonesia-Electronic Trading Platform (BI-ETP).

Peserta lelang untuk di pasar primer itu ialah bank umum konvensional yang telah menjadi peserta Operasi Pasar Terbuka (OPT). Untuk peserta non bank bisa turut serta namun melalui lembaga perantara yang telah menjadi peserta OPT.

Setelah proses pengajuan penawaran dalam lelang di BI-ETP telah dilaksanakan, dan BI telah menetapkan pemenangnya, maka proses setelmen dana dan surat berharga SRBI di Bank Indonesia- Scripless Securities Settlement System (BI-SSSS) dan Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS).

SRBI juga bisa ditransaksikan di pasar sekunder, dengan bank maupun non bank baik itu residen atau penduduk maupun non residen atau pihak asing. Untuk non bank, pencatatan SRBI akan melalui Sub-Registry Bank Indonesia.

Untuk proses pelunasan SRBI dilakukan secara otomatis sejak awal hari pelunasan dan dilakukan secara Delivery Versus Payment (DVP) di BI-SSSS dan BI-RTGS berdasarkan kepemilikan bank/subreg yang tercatat di BI-SSSS.

[Gambas:Video CNBC]



Artikel Selanjutnya


BI Keluarkan Jurus Baru, Rupiah Bakal Langsung Perkasa?

(mij/mij)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts