BI Turunkan Agresivitas, Luncurkan Senjata Baru Amankan Dolar

Jakarta, CNBC Indonesia – Bank Indonesia (BI) menurunkan agresivitasnya dalam kebijakan suku bunga acuan. BI hanya mengerek suku bunga acuan sebesar 25 basis points (bps) pada Desember 2022, lebih kecil dibandingkan 50 bps pada tiga bulan sebelumnya.

Read More

Dengan kenaikan sebesar 25 bps maka BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) kini menjadi 5,50%.
Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada hari ini, Kamis (22/12/2022) juga memutuskan untuk menaikkan suku bunga Deposit Facility sebesar 25 bps menjadi 4,75%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 25 bps menjadi 6,25%.

Secara keseluruhan, kubu MH Thamrin telah menaikkan suku bunga acuan sebesar 200 bps sejak Agustus 2022.


Kenaikan suku bunga acuan sebesar 25 bps juga sejalan dengan konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia.

Dari 14 institusi yang terlibat dalam pembentukan konsensus, sebanyak 12 lembaga/institusi memperkirakan bank sentral akan mengerek BI7DRR sebesar 25 bps sementara dua lembaga/institusi memproyeksi kenaikan BI7DRR sebesar 50 bps.

Gubernur BI Perry Warjiyo menjelaskan kenaikan suku bunga secara sebesar 25 bps merupakan langkah front loaded, pre-emptive, dan forward looking untuk menurunkan ekspektasi inflasi. Juga, menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.
Setelah sempat ambruk, rupiah sudah menguat. Dalam sepekan terakhir, rupiah sudah menguat 0,22%.

“BI tidak akan menaikkan suku bunga berlebihan. Ini berkaitan dengan proyeksi inflasi untuk ke depannya,” tutur Perry, saat menggelar konferensi pers hasil RDG Desember, Kamis (22/12/2022).

Perry memperkirakan inflasi sepanjang tahun ini akan berada di kisaran 5,4% sementara inflasi inti di kisaran 3,5%. Proyeksi ini jauh lebih rendah dibandingkan forecast sebelumnya di mana inflasi pada 2022 diperkirakan menembus 6,3%.

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan inflasi pada November tercatat 0,09% (mont to month/mtm).  Secara tahunan (year on year/yoy), inflasi melandai dari 5,95% pada September menjadi 5,71% pada Oktober dan 5,42% pada November 2022.

Inflasi inti turun tipis menjadi 3,30 % (yoy) pada November dari 3,31% pada Oktober.

Perry menegaskan BI juga akan tetap memberlakukan kebijakan makro-prudensial yang pro-growth. Salah satunya adalah dengan mempertahankan batas maksimum suku bunga kartu kredit 1,75% per bulan.

Dia menjelaskan permintaan dalam negeri belum terlalu kuat sehingga harus ditingkatkan untuk menopang pertumbuhan.

Perry berharap relaksasi Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) menjelang libur Natal dan Tahun Baru bisa mendorong permintaan.
“Kenaikan permintaan di dalam negeri belum terlalu kuat. Pertumbuhan ekonomi akan di kisaran 4,5-5,3% (tahun ini). Akan cenderung di titik tengah 4,9%. Dengan adanya pencabutan PPKM, tentu saja ada di sekitar 5%,” ujar Perry.

Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts