Big Cap Nggak Takut ‘Kegalauan’ Global, Ngegas Dorong IHSG

Jakarta, CNBC Indonesia – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpantau menguat pada perdagangan sesi I Selasa (21/2/2023), meski kondisi pasar keuangan global masih dilanda ketidakpastian.

Read More

Per pukul 09:30 WIB, IHSG menguat 0,23% ke posisi 6.910,68. IHSG bergerak direntang 6.894,72 – 6.923,67.

Setidaknya ada empat saham berkapitalisasi pasar besar (big cap) yang menjadi penopang penguatan IHSG pada perdagangan sesi I hari ini.

Berikut saham-saham yang membantu IHSG menguat.






Emiten Kode Saham Indeks Poin Harga Terakhir Perubahan Harga
Bayan Resources BYAN 5,34 18.600 1,64%
Telkom Indonesia TLKM 2,41 3.840 0,52%
Merdeka Copper Gold MDKA 2,04 4.810 1,48%
Astra International ASII 1,18 5.650 0,89%

Sumber: Refinitiv & RTI

Saham emiten batu bara dengan kapitalisasi pasar terbesar ketiga di bursa yakni PT Bayan Resources Tbk (BYAN) menjadi penopang indeks terbesar pada sesi I hari ini, yakni mencapai 5,34 indeks poin.

Berikutnya ada saham emiten telekomunikasi BUMN yakni PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) yang turut membantu indeks menguat sebesar 2,41 indeks poin.

Selanjutnya ada saham emiten pertambangan mineral yakni PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) yang menjadi salah satu leader IHSG sebesar 2,04 indeks poin.

Terakhir ada saham emiten ‘raja otomotif’ yakni PT Astra International Tbk (ASII) yang menjadi salah satu penopang IHSG sebesar 1,18 indeks poin.

IHSG cenderung menguat di tengah ketidakpastian kondisi global yang masih terjadi hingga hari ini. Dari Amerika Serikat (AS), data manufaktur terbaru menunjukkan kinerja industri yang membaik, serta angka pengangguran terbaru terpantau menurun.

Namun, kabar baik ini justru membuat para investor gelisah karena dianggap akan memicu kenaikan suku bunga guna menekan inflasi. Goldman Sachs dan Bank of America memprediksi bahwa suku bunga bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) masih akan naik tiga kali lagi pada Maret, Mei, dan Juni.

Jika prediksi ini benar, maka indeks Wall Street bisa terguncang dan menyebabkan penurunan hingga 6% pada Maret. Hal ini juga berdampak pada indeks pasar ekuitas di Indonesia, karena indeks AS adalah acuan dunia.

Dari dalam negeri, Indonesia mencatat surplus neraca pembayaran besar. Namun, investor cenderung mengabaikannya karena sebagian besar valuta asing masih di luar negeri.

Bank Indonesia (BI) melaporkan bahwa surplus transaksi berjalan pada tahun 2022 naik signifikan mencapai 13,2 miliar dolar AS.

Transaksi berjalan pada triwulan IV mencatat surplus sebesar 4,3 miliar dolar AS. Namun, capaian surplus triwulan sebelumnya sedikit melambat. Seluruhnya, neraca pembayaran Indonesia pada tahun 2022 mencatat surplus sebesar 4,0 miliar dolar AS.

Investor masih menantikan langkah konkret dari pemerintah Indonesia untuk menarik valuta asing yang terparkir di luar negeri.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


4 Saham Ini Jadi Juru Selamat IHSG

(chd/chd)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts