Bitcoin Agak Loyo, Ethereum Cs Masih Bergairah

Jakarta, CNBC Indonesia – Pasar kripto cenderung menghijau pada Sabtu (4/2/2023), dengan ditopang oleh terus melambatnya laju kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS), meski data tenaga kerja AS masih cukup kuat.

Read More

Melansir data dari CoinMarketCap pada pukul 17:00 WIB, Bitcoin pada hari ini memang cenderung terkoreksi yakni 0,34% ke posisi harga US$ 23.355,25/koin atau setara dengan Rp 347.759.673/koin (asumsi kurs Rp 14.890/US$). Namun dalam sepekan terakhir, Bitcoin masih melesat 1,48%.

Sedangkan untuk Ethereum pada hari ini cenderung menguat 0,89% ke US$ 1.657,33/koin atau setara dengan Rp 24.677.644/koin. Dalam sepekan terakhir, Ethereum pun masih melonjak 4%.

Berikut pergerakan 7 kripto utama non-stablecoin.









Cryptocurrency Dalam Dolar AS Dalam Rupiah Perubahan Harian (%) Perubahan 7 Hari (%) Kapitalisasi Pasar (US$ Miliar)
Bitcoin (BTC) 23.355,25 347.759.673 -0,34% 1,48% 450,31
Ethereum (ETH) 1.657,33 24.677.644 0,89% 4,00% 202,81
BNB 329,09 4.900.150 1,33% 6,78% 51,96
XRP 0,4093 6.094 -0,69% -0,44% 20,79
Cardano (ADA) 0,3999 5.955 0,11% 3,38% 13,84
Dogecoin (DOGE) 0,09368 1.395 2,08% 4,21% 12,43
Polygon (MATIC) 1,22 18.166 3,78% 7,89% 10,70

Sumber: CoinMarketCap

Pasar kripto masih cenderung cerah ditopang oleh terus melambatnya laju kenaikan suku bunga bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed), meski data tenaga kerja AS masih cukup kuat.

Pada Rabu lalu waktu setempat, The Fed menaikkan suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin (bp) ke kisaran 4,5% – 4,75%.

Hal ini berarti The Fed kembali memperlambat laju kenaikan setelah sebelumnya menaikkan 50 bp pada Desember 2022 dan 75 basis pada empat pertemuan sebelumnya.

Namun, The Fed tidak memberikan indikasi jeda yang akan datang dalam kenaikan suku bunga. Ketua The Fed, Jerome Powell mengatakan bahwa kebijakan perlu tetap restriktif untuk beberapa waktu dan bahwa para pejabat akan memerlukan bukti yang jauh lebih banyak untuk yakin bahwa inflasi berada di jalur yang menurun ke target 2%.

“Komite mengantisipasi bahwa kenaikan berkelanjutan dalam kisaran target akan sesuai untuk mencapai sikap kebijakan moneter yang cukup ketat guna mengembalikan inflasi menjadi 2 persen dari waktu ke waktu,” kata The Fed dalam pernyataannya, Rabu (1/2/2023) siang waktu setempat.

Para pejabat The Fed telah mengatakan bahwa data inflasi Oktober, November dan Desember 2022 yang stabil merupakan berita yang disambut baik. Namun mereka masih perlu menantikan lebih banyak data lagi, terutama terkait data ketenagakerjaan.

Terpantau pada Jumat kemarin waktu setempat, beberapa data tenaga kerja yang dirilis menandakan bahwa tenaga kerja di Negeri Paman Sam masih cukup kuat, meski indikator ekonomi lainnya mulai melambat.

Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan gaji non-pertanian (non-payroll farm/NFP) melonjak menjadi 517.000, dari sebelumnya sebesar 260.000 pada Desember 2022.

Angka ini tentunya juga lebih tinggi dari perkiraan pasar dalam polling Dow Jones yang memperkirakan NFP AS turun menjadi 187.000.

Selain itu, data tingkat pengangguran AS periode Januari 2023 juga dilaporkan mengalami penurunan, yakni menjadi 3,4%, dari sebelumnya sebesar 3,5% pada Desember 2022.

Di lain sisi, data aktivitas jasa di AS terpantau melambat pada bulan lalu. Indeks manajer pembelian (PMI) jasa versi S&P Global AS mencapai 46,8% pada Januari 2023, naik dari estimasi akhir Desember 2022 sebesar 44,7 dan tetap di wilayah kontraksi.

Adapun untuk PMI jasa versi Institute for Supply Management (ISM) mencapai 55,2% pada bulan lalu, naik lebih besar dari yang diperkirakan di atas ambang batas 50% yang menandakan pertumbuhan di sektor ini.

Untuk diketahui sektor jasa merupakan kontributor terbesar produk domestik bruto (PDB) AS berdasarkan lapangan usaha. Kontribusinya tidak pernah kurang dari 70%.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Investor Masih Khawatir Inflasi AS, Bitcoin dkk Ambles Lagi

(chd)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts