Bocoran Terbaru Soal Merger Garuda-Citilink-Pelita dari Erick

Jakarta, CNBC Indonesia – Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) akan menyatukan PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) grup dengan maskapai BUMN lain, yaitu Pelita Air. Tujuannya agar transportasi angkutan udara menjadi lebih efisien.

Read More

Menteri BUMN Erick Thohir mengungkapkan nantinya Pelita Air akan bergabung dengan Citilink sebagai maskapi berbiaya rendah atau Low Cost Carrier (LCC). Sementara Garuda Indonesia tetap pada pelayanan penuh.

“Karena itu buat apa kita BUMN punya 2 flag carrier, lebih baik disatukan yaitu, Pelita. Tetep Garuda di premium nanti Pelita sama Citilink kita gabungkan,” ungkapnya saat ditemui oleh CNBC Indonesia di gedung Transmedia Jakarta, Rabu (30/8).

Menurutnya, langkah tersebut dilakukan untuk menambah jumlah maskapai di Indonesia yang nantinya akan berdampak pada penurunan harga tiket. “Itu yang mau kita dorog supaya jumlah pesawat tetap bertambah, jangan tadi kurangnya pesawat mengakibatkan harga tiket menjadi mahal,” sebutnya.

Erick menjabarkan, jika dibandingkan dengan negara Amerika yang memiliki GDP 40.000 dengan total penduduk sekitar 300 juta di negara benua, atau lebih banyak darat dibandingkan laut, dapat memenuhi kebutuhan transportasi udara dengan memiliki 7.200 pesawat.

Sementara Indonesia dengan negara kepulauan baru memiliki 550 pesawat. Padahal jumlah penduduk Indonesia sebanyak 280 juta dengan GDP 4.000.

“Artinya, anggap 10%nya, kalau disana 7.200 di sini berarti 720. Hari ni baru 500-an berarti jumlah pesawat Indonesia tak cukup. Karena itu harga tiket apalagi sekarang hanya 2 pemain yaitu Grup Lion dan tentu BUMN sehingga ini bisa dilihat tentu harga tiket seperti ini (mahal),” jelasnya.

Erick mengatakan, tentunya pihaknya akan terus menjaga agar persaingan tetap sehat. Bukan berarti kehadiran maskapai BUMN nantinya akan mendominasi. Hanya saja, BUMN ingin mengintervensi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

“Kita juga mau intervensi. Kalau kita ingat dulu restrukturisasi Garuda kan ada opsi Garuda juga bangkrut total makanya kita lahirkan Pelita. Tapi sekarang kan Garuda terbang tingi, ebitdanya saja profit sebelum pajak, sebelum amortisasi sudah US$ 200 juta anggap Rp 3 triliun, artinya kan sudah sehat,” ungkapnya.

Erick menambahkan, pihaknya juga berharap ke depan ada pemain lain di sektor maskapai swasta yang dapat memenuhi kebutuhan pesawat dalam negeri.

“Silahkan. Kalau kita kan menguasai pasar 35% sisanya 65% swasta. Kalau kita mau konsolidasi antara Pelita supaya jumlah pesawat sesuai (dengan kebutuhan,” pungkasnya.

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Singapore Airlines Masuk Garuda Indonesia, Bakal Bikin Ini

(mkh/mkh)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts