Bursa AS Dibuka Variatif, Pasar Mulai Menanti Rapat The Fed!


Read More

Jakarta, CNBC Indonesia – Bursa Amerika Serikat (AS) terpantau bergerak variatif pasca rilis data pertumbuhan inflasi yang sepertinya kembali mendorong sikap hati-hati investor menjelang keputusan kebijakan bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed) pekan ini.

Pada awal perdagangan Selasa (12/12/2023), indeks Dow Jones (DJI) menguat 0,12% atau 43,21 poin ke posisi 36,448.14. Sementara, indeks S&P 500 malah terkoreksi -0,10% menuju 4617,95 kemudian diikuti Indeks Nasdaq juga turut melemah -0,02% ke posisi 14.429,90.

Dari negeri paman sam, kedatangan rilis inflasi atau Consumer Price Index (CPI) periode November 2023 tumbuh 3,1% secara tahunan (year-on-year/yoy). Nilai tersebut melandai dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang tumbuh 3,2% yoy dan menjadikan inflasi AS berada di posisi terendah sejak mencapai posisi puncaknya di 9,2% yoy pada Juni tahun lalu.

Sementara untuk inflasi inti tumbuh 4% yoy, relatif tak berubah dibandingkan bulan sebelumnya. Realisasi inflasi dan inflasi inti kali ini sesuai dengan harapan pasar, tetapi masih cukup jauh dari target the Fed yang mengharapkan inflasi turun ke 2%.


Melandainya inflasi setidaknya memberikan harapan pelaku pasar akan sikap the Fed yang potensi bisa menahan suku bunga pada pertemuan pekan ini setelah Jumat lalu muncul data pasar tenaga kerja yang tidak terduga memanas pada November.

Pada Jumat lalu, diketahui ada peningkatan lapangan kerja meningkat pada bulan November dan tingkat pengangguran turun menjadi 3,7% dari level tertinggi dalam dua tahun sebesar 3,9% pada bulan Oktober. Laporan ketenagakerjaan yang kuat mendorong pasar keuangan untuk memundurkan ekspektasi penurunan suku bunga ke bulan Mei dari bulan Maret, menurut FedWatch Tool dari CME Group.

Kendati demikian, para pejabat the Fed yang dijadwalkan berkumpul untuk pertemuan FOMC pekan ini diperkirakan akan mempertahankan suku bunganya. Perangkat FedWatch Tool dari CME Group memproyeksikan suku bunga ditahan pada pertemuan terakhir di tahun ini sudah mencapai lebih dari 95%.

“(Ketua Fed Jerome) Powell kemungkinan akan terus berpandangan bahwa penurunan suku bunga belum dipertimbangkan namun tidak akan secara substansial menekan harga pasar,” kata Veronica Clark, ekonom di Citigroup di New York, melansir dari Reuters. 

Sebagai informasi, The Fed telah menaikkan suku bunga kebijakannya sebesar 525 basis poin atau sebanyak 11 kali ke kisaran saat ini 5,25%-5,50% sejak Maret 2022.

CNBC INDONESIA RESEARCH 

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Jelang Rilis Inflasi & iPhone Baru, Wall Street Dibuka Hijau!

(tsn/tsn)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts