penyebabsakit.com

Bursa Asia Berakhir Ambles, Gak Ada Santa Claus Rally?

Jakarta, CNBC Indonesia – Bursa Asia-Pasifik ditutup kembali berjatuhan pada perdagangan Jumat (23/12/2022) akhir pekan ini, di tengah naiknya inflasi di Jepang pada periode November 2022.

Indeks Nikkei 225 Jepang ditutup ambles 1,03% ke posisi 26.235,25, Hang Seng Hong Kong melemah 0,44% ke 19.593,06, Shanghai Composite China terkoreksi 0,28% ke 3.045,87, dan ASX 200 Australia terpangkas 0,63% menjadi 7.107,7.

Sedangkan untuk indeks Straits Times Singapura ditutup melemah 0,42% ke 3.255,86, KOSPI Korea Selatan ambruk 1,83% ke 2.313,69, dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir terdepresiasi 0,35% menjadi 6.800,67.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO RESUME CONTENT

Dari Jepang, teror inflasi yang naik juga menghantui. Dalam update terbaru, inflasi pada periode November 2022 tercatat memecahkan rekor.

Inflasi berdasarkan consumer price index (PPI) atau Indeks Harga Konsumen (IHK) Jepang pada bulan lalu naik menjadi 3,8% secara tahunan (year-on-year/yoy), dari sebelumnya sebesar 3,7% pada Oktober lalu.

Angka ini menjadi yang tertinggi sejak Januari 1991, di tengah tingginya harga komoditas mentah impor dan pelemahan yen yang terus berlanjut.

Sedangkan, IHK inti, yang mengecualikan komponen volatil seperti makanan dan energi, juga naik 3,7% (yoy), menjadi yang tertinggi sejak Desember 1981.

Bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) dan bank sentral lainnya telah menaikkan suku bunga secara tajam tahun ini untuk mengatasi inflasi. Tetapi, Jepang telah melawan arus dan terus mempertahankan suku bunga pada tingkat yang sangat rendah ketika mencoba untuk memulai ekonominya.

Bank sentral Jepang (Bank of Japan/BoJ) mengatakan bahwa kenaikan harga baru-baru ini masih terjadi sementara. Jadi, belum ada alasan BoJ untuk mengubah sikap dovish-nya.

“Indeks kemungkinan akan naik lebih lanjut, mendekati atau berpotensi naik di atas 4% pada Desember,” kata Koya Miyae, ekonom senior SMBC Nikko Securities, dikutip AFP.

“Tapi IHK inti akan tetap di atas 2% tahun depan, sedangkan laju kenaikan upah tidak mengejar inflasi,” tambahnya.

Meski secara tahunan mengalami kenaikan, tetapi secara bulanan (month-to-month/mtm), IHK Negeri Sakura terpantau menurun menjadi 0,3% pada bulan lalu, dari sebelumnya sebesar 0,6% pada Oktober lalu.

Sementara itu dari Singapura, inflasi pada bulan lalu cenderung tidak berubah. IHK Singapura pada bulan lalu dilaporkan tetap di level 6,7% (yoy), atau masih sama seperti periode Oktober lalu. Sedangkan IHK inti juga tidak berubah yakni sebesar 5,1%.

Namun dalam periode bulanan (mtm), IHK Negeri Singa mengalami kenaikan menjadi 1%, dari sebelumnya pada Oktober lalu sebesar -0,4%.

“Ini karena kenaikan yang lebih kecil dalam biaya layanan, listrik, dan gas secara luas diimbangi oleh kenaikan yang lebih tajam dalam biaya ritel dan barang serta makanan lainnya,” kata Otoritas Moneter Singapura (MAS) dan Kementerian Perdagangan dan Informasi (MTI), dikutip dari Channel News Asia.

Untuk tahun 2022 secara keseluruhan, inflasi rata-rata keseluruhan diperkirakan mencapai sekitar 6% dan inflasi inti sekitar 4%.

Di lain sisi, investor juga cenderung kecewa setelah data klaim pengangguran mingguan di Amerika Serikat (AS) terpantau masih kuat.

Data klaim tunjangan pengangguran di AS naik 2.000 orang pada pekan yang berakhir 17 Desember, menjadi 216.000 orang. Meski mengalami kenaikan dari pekan sebelumnya, tetapi masih di bawah ekspektasi Dow Jones sebanyak 220.000 orang.

Kondisi pasar tenaga kerja AS memang tengah menjadi soroton. Data-data menunjukkan cukup kuat, tetapi pemutusan hubungan kerja massal (PHK) terus terjadi.

PHK tersebut terjadi akibat risiko resesi dan diperkirakan masih akan berlanjut tahun depan.

“Kabar buruknya di 2023, proses pengetatan moneter akan menunjukkan dampaknya ke ekonomi,” kata Savita Subramanian, ekonom Bank of America, sebagaimana dilansir dari Business Insider.

TIM RISET CNBC INDONESIA

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Sinyal Nggak Enak Buat IHSG Nih… Bursa Asia Loyo Lagi

(chd/chd)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Exit mobile version