Bursa Asia Dibuka Labil Gegara Nantikan Data AS Malam Ini


Read More

Jakarta, CNBC Indonesia – Bursa Asia-Pasifik bergerak variatif pada pembukaan perdagangan hari ini (12/3/2024). Hal ini terjadi di tengah sikap wait and see pelaku pasar perihal data inflasi Amerika Serikat (AS) yang akan dirilis malam ini.

Per pukul 08:30 WIB, indeks Shanghai Composite China terpantau melemah pada pagi hari ini, yakni turun tipis 0,21%. Begitu pula indeks Nikkei 225 Jepang turun 1,4%.

Berbeda halnya dengan indeks Hang Seng Hong Kong mengalami apresiasi 0,18% dan Straits Times Singapura menguat 0,26%.

Saat ini, investor dinilai bersikap wait and see perihal data inflasi dan inflasi inti AS yang akan dirilis malam ini.

Untuk diketahui, laju inflasi AS secara tahunan (year on year/yoy) diperkirakan konsensus akan tetap sama di angka 3,1%. Sementara inflasi inti diperkirakan sedikit melandai ke angka 3,7% yoy untuk periode Februari 2024.

Inflasi diperkirakan masih sama dengan periode Januari 2024 karena meningkatnya harga bensin kemungkinan akan menekan inflasi pada bulan Februari, dan berpotensi memperkuat keputusan bank sentral AS (The Fed) untuk mengambil pendekatan yang lebih lambat dengan menurunkan suku bunga.

Para ekonom memperkirakan bahwa harga berbagai macam barang dan jasa naik 0,4% pada bulan tersebut, tepat di depan kenaikan 0,3% pada bulan Januari, menurut konsensus Dow Jones. Tidak termasuk pangan dan energi, kenaikan inflasi inti diperkirakan sebesar 0,3%, juga sepersepuluh poin persentase dibandingkan bulan sebelumnya.

“Meskipun kami tidak memperkirakan tren inflasi akan kembali meningkat pada tahun ini, kemajuan yang kurang jelas dalam beberapa bulan ke depan kemungkinan akan membuat The Fed semakin yakin bahwa inflasi akan kembali ke targetnya secara berkelanjutan,” Sarah House, ekonom senior di Wells Fargo.

Hingga saat ini, survei FedWatch Tool menunjukkan bahwa suku bunga The Fed masih akan dipertahankan di level 5,25-5,5% pada pertemuan Maret dan Mei 2024 ini.

Sementara potensi first cut rate terjadi pada Juni 2024 sebesar 25 basis poin (bps) sebesar 55,2% menjadi 5,5-5,25%.

Namun hal ini akan sulit terjadi jika inflasi kembali membandel dan dapat berdampak kepada bank sentral di negara lainnya.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[Gambas:Video CNBC]



Artikel Selanjutnya


Masih Menanjak, IHSG Bisa Tutup Tahun 2023 di 7.300-an?

(rev/rev)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts