Bursa Asia Ditutup Kebakaran, Hang Seng Ambruk 3% Lebih

Jakarta, CNBC Indonesia – Bursa Asia-Pasifik ditutup melemah pada perdagangan Rabu (7/12/2022), di tengah munculnya kembali kekhawatiran terkait resesi global pada tahun depan.

Read More

Indeks Hang Seng Hong Kong ditutup ambruk 3,22% ke posisi 18.814,82, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) merosot 1,07% ke 6.818,75, ASX 200 Australia terkoreksi 0,85% ke 7.229,4, dan Straits Times Singapura melemah 0,83% menjadi 3.225,45.

Berikutnya indeks Nikkei 225 Jepang melemah 0,72% ke 27.686,4, Shanghai Composite China terkoreksi 0,4% ke 3.199,62, dan KOSPI Korea Selatan terdepresiasi 0,43% menjadi 2.382,81.

Indeks Hang Seng memimpin koreksi bursa Asia-Pasifik, di tengah kabar bahwa China akan melonggarkan lebih lanjut kebijakan pembatasan terkait Covid-19.

Setelah 3 tahun menjalankan strategi ketat nol-Covid, China kini mengumumkan pelonggaran pembatasan Covid-19 secara nasional. Sebelumnya, otoritas telah mengeluarkan serangkaian langkah pelonggaran lain.

Di bawah pedoman baru yang diumumkan oleh Komisi Kesehatan Nasional (NHC), frekuensi dan ruang lingkup pengujian PCR akan dikurangi.

“Pengujian PCR massal hanya dilakukan di sekolah, rumah sakit, panti jompo dan unit kerja berisiko tinggi; ruang lingkup dan frekuensi pengujian PCR akan makin dikurangi,” kata aturan baru tersebut, dilansir AFP, Rabu (7/12/2022).

Penguncian (lockdown) juga akan diperkecil dan orang dengan kasus Covid-19 yang tidak parah dapat diisolasi di rumah alih-alih fasilitas pemerintah terpusat. Aturan baru juga membatalkan karantina paksa untuk orang tanpa gejala atau dengan kasus ringan.

“Orang yang terinfeksi tanpa gejala dan kasus ringan yang memenuhi syarat untuk isolasi di rumah umumnya diisolasi di rumah, atau mereka dapat secara sukarela memilih isolasi terpusat untuk pengobatan,” tambahnya.

Masyarakat juga tidak lagi diharuskan menunjukkan kode kesehatan hijau di ponsel mereka untuk memasuki gedung dan ruang publik. Namun, aturan lama tetap berlaku untuk panti jompo, institusi medis, taman kanak-kanak, sekolah menengah dan atas.

“Orang yang bepergian lintas provinsi tidak perlu memberikan hasil tes 48 jam dan tidak perlu melakukan tes pada saat kedatangan,” bunyi aturan lagi.

NHC juga mengatakan China akan mempercepat vaksinasi lansia. Ini telah lama dianggap sebagai hambatan utama untuk pelonggaran pendekatan tanpa toleransi Beijing terhadap Covid.

Masih dari China, kinerja ekspor dan impor China pada November 2022 anjlok pada tingkat terendah sejak 2020. Pembatasan ketat terkait Covid-19 yang memukul perekonomian negara tersebut menjadi biang kerok.

Berdasarkan data yang dirilis kepabeanan China, dikutip AFP, Rabu (7/12/2022), ekspor turun 8,7% secara tahunan (year-on-year/yoy), menjadi penurunan terbesar sejak Februari 2020, ketika negara itu terperosok pada tahap awal pandemi.

Sementara itu, impor November turun 10,6% yoy, penurunan terbesar sejak Mei 2020.

Adapun, ancaman resesi di Amerika Serikat (AS) dan Eropa, ditambah dengan melonjaknya harga energi, melemahkan permintaan produk China.

Di lain sisi, investor global kembali khawatir bahwa resesi global bakal terjadi pada tahun depan dan proyeksi masih lamanya kebijakan moneter ketat bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed).

Hal ini terjadi setelah sejumlah CEO dari institusi multinational menyampaikan sejumlah kekhawatiran mengenai ancaman resesi. Survei The Economist juga menunjukkan jika 56% warga AS percaya jika Negara Paman Sam sudah berada di fase resesi.

CEO Goldman Sachs, David Solomon mengingatkan perekonomian global akan menghadapi ketidakpastian serta periode yang bergejolak pada tahun depan. Dia menjelaskan kebijakan moneter ketat serta perkembangan ekonomi yang berganti begitu cepat membuat ekonomi global melambat.

“Saya pikir kita harus mengasumsikan jika kita akan menghadapi periode yang bergejolak. Kondisi perekonomian yang semakin berat,” tutur Solomon, dikutip dari The Guardian.

Goldman memperkirakan jika ekonomi global akan melambat ke 1,9% pada 2023. Proyeksi ini jauh di bawah proyeksi Dana Moneter Internasional (IMF) yakni 2,7%.

CEO JPMorgan, General Motors, Walmart, United dan Union Pacific juga menyampaikan kekhawatiran serupa, Perekonomian global diproyeksi akan melambat sehingga semuanya diminta menyiapkan diri.

Seperti diketahui, harapan pelaku pasar untuk segera melihat pelonggaran kebijakan The Fed pun memudar. Pasalnya, data tenaga kerja dan PMI sektor jasa AS masih kencang sehingga inflasi diperkirakan masih tinggi.

Dengan inflasi yang masih tinggi, The Fed diproyeksi masih akan mempertahankan kebijakan moneter ketatnya.

“Pertemuan The Fed akan digelar pekan depan sehingga arah pergerakan emas akan sangat ditentukan seberapa besar kenaikan suku bunga The Fed,” tutur analis CMC Markets, Michael Hewson, dikutip dari Reuters.

TIM RISET CNBC INDONESIA

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Kode Keras Buat IHSG, Bursa Asia Melesat!

(chd/chd)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts