‘Cahaya’ dari Amerika Bikin Investor Asing Borong SBN Lagi

Jakarta, CNBC Indonesia – Aksi beli di pasar obligasi terus berlanjut di pekan ini. Imbal hasil (yield) Surat Berharga Negara (SBN) terus mengalami penurunan.

Read More

Untuk diketahui, pergerakan harga obligasi berbanding terbalik dengan yield. Ketika harga naik, maka yield akan turun, begitu juga sebaliknya. Saat harga naik, artinya ada aksi beli.

Melansir data Refinitiv, yield SBN tenor 10 tahun hari ini turun 3,2 basis poin menjadi 6,679%. Sebelumnya bahkan sempat menyentuh 6,623% yang merupakan level terendah sejak 4 Maret 2022. Yield ini juga sudah mengalami penurunan dalam 8 hari perdagangan beruntun.

Hampir semua tenor SBN hari ini mengalami penurunan yield, kecuali 25 tahun yang naik 2,9 basis poin menjadi 7,309%.

Kabar gembira akhirnya tiba, inflasi di Amerika Serikat (AS) terus menunjukkan penurunan dalam beberapa bulan terakhir. Pelaku pasar pun semakin yakin bank sentral AS (The Fed) akan mengendurkan laju kenaikan suku bunganya.

Kepala ekonom UBS, Arend Kapteyn, bahkan memprediksi The Fed akan memangkas suku bunga mulai bulan Juli nanti.

“Kami pikir mereka (The Fed) akan memangkas suku bunga tahun ini. Kami pikir yang pertama akan dilakukan pada bulan Juli” kata Kapteyn sebagaimana dilansir Market Insider, Selasa (10/1/2023).

Proyeksi Kapteyn lebih cepat dari ekspektasi pelaku pasar. Berdasarkan perangkat FedWatch milik CME Group pasar melihat The Fed akan menaikkan suku bunga masing-masing 25 basis poin pada Februari dan Maret dengan probabilitas sebesar 94% dan 76%. Dengan proyeksi tersebut, puncak suku bunga The Fed berada di 4,75% – 5%.

Selain itu, perangkat yang sama menunjukkan The Fed diperkirakan akan memangkas suku bunganya sebesar 25 basis poin pada September dengan probabilitas sebesar 34%, begitu juga sebulan setelahnya. Sehingga di akhir tahun pasar melihat suku bunga The Fed berada di 4,25% – 4,5%.

Yield obligasi AS (Treasury) tenor 10 tahun kemarin langsung turun lebih dari 10 basis poin, berada di kisaran 3,44%.

Alhasil, spread dengan SBN semakin melebar yang membuatnya kembali dilirik investor asing.

Terbukti, berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Pengelolaan dan Pembiayaan Risiko (DJPPR), pada 1 – 10 Januari terjadi capital inflow hingga Rp 12 triliun.

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Strategi Jitu Investasi Saham & SBN Saat The Fed Hawkish

(pap/pap)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts