Cahaya Terang Tiba! The Fed Bisa Pangkas Suku Bunga Pada Juli

Jakarta, CNBC Indonesia – Kabar gembira akhirnya tiba, inflasi di Amerika Serikat (AS) terus menunjukkan penurunan dalam beberapa bulan terakhir. Pelaku pasar pun semakin yakin bank sentral AS (The Fed) akan mengendurkan laju kenaikan suku bunganya.

Kepala ekonom UBS, Arend Kapteyn, bahkan memprediksi The Fed akan memangkas suku bunga mulai bulan Juli nanti.

Read More

“Kami pikir mereka (The Fed) akan memangkas suku bunga tahun ini. Kami pikir yang pertama akan dilakukan pada bulan Juli” kata Kapteyn sebagaimana dilansir Market Insider, Selasa (10/1/2023).

Proyeksi Kapteyn lebih cepat dari ekspektasi pelaku pasar. Berdasarkan perangkat FedWatch milik CME Group pasar melihat The Fed akan menaikkan suku bunga masing-masing 25 basis poin pada Februari dan Maret dengan probabilitas sebesar 94% dan 76%. Dengan proyeksi tersebut, puncak suku bunga The Fed berada di 4,75% – 5%.


Foto: FedWatch CME Group

Selain itu, perangkat yang sama menunjukkan The Fed diperkirakan akan memangkas suku bunganya sebesar 25 basis poin pada September dengan probabilitas sebesar 34%, begitu juga sebulan setelahnya. Sehingga di akhir tahun pasar melihat suku bunga The Fed berada di 4,25% – 4,5%.

Proyeksi tersebut bisa terjadi jika inflasi terus mengalami penurunan. Inflasi berdasarkan consumer price index (CPI) di AS pada Desember 2022 dilaporkan tumbuh 6,5% year-on-year (yoy), jauh lebih rendah dari sebelumnya 7,1%. CPI tersebut juga menjadi yang terendah sejak Oktober 2021.

CPI inti yang tidak memasukkan sektor energi dan makanan dalam perhitungan juga turun menjadi 5,7% dari sebelumnya 6%, dan berada di level terendah sejak Desember 2021.

The Fed sebenarnya menggunakan inflasi berdasarkan personal consumption expenditure (PCE) sebagai acuan untuk menetapkan kebijakan moneter. Inflasi PCE ini biasanya dirilis pada akhir bulan, dan juga sudah menunjukkan penurunan.

Pada November, inflasi PCE tercatat tumbuh 5,5% (yoy) pada November tahun lalu, turun dari bulan sebelumnya 6,1% (yoy). Sementara inflasi PCE inti yang menjadi acuan utama The Fed, turun menjadi 4,7% (yoy) dari sebelumnya 5% (yoy) dan berada di level terendah sejak Juli 2022.


Kapteyn memprediksi PCE inti akan terus turun menjadi 2,1% di akhir tahun ini.

“Perbedaan kami dengan The Fed adalah mereka melihat PCE inti berada di 3,5% pada akhir 2023, kami melihat di 2,1%,” ujar Kapteyn.

Menguatkan ekspektasi The Fed akan memangkas suku bunganya lebih cepat, sektor konstruksi Amerika Serikat mengalami kontraksi untuk pertama kalinya dalam dua setengah tahun terakhir.

Institute for Supply Management (ISM) Jumat lalu melaporkan sektor jasa Amerika Serikat mengalami kontraksi untuk pertama kalinya dalam dua setengah tahun terakhir.

ISM melaporkan purchasing managers’ index (PMI) jasa turun menjadi 49,6 jauh dari bulan sebelumnya 56,5. Angka di bawah 50 berarti kontraksi, sementara di atasnya adalah ekspansi.

Kontraksi tersebut menjadi tanda gelapnya perekonomian AS pada 2023, resesi sudah membayangi.

Untuk diketahui sektor jasa merupakan kontributor terbesar produk domestik bruto (PDB) AS berdasarkan lapangan usaha. Kontribusinya tidak pernah kurang dari 70%.

Dengan resesi yang pasti terjadi dan inflasi terus menurun, peluang The Fed memangkas suku bunganya pada pertengahan tahun ini tentunya terbuka. Hal ini bisa menjadi kabar baik, dengan pemangkasan suku bunga, resesi yang terjadi kemungkinan tidak akan dalam.

Dampaknya, resesi dunia juga tidak akan dalam, perekonomian Indonesia juga bisa diuntungkan. Apalagi, jika The Fed mengendurkan laju kenaikan suku bunganya, dan kemudian dipangkas pada pertengahan tahun, kenaikan Bank Indonesia (BI) tentunya juga akan lebih rendah, dan bisa berdampak bagus ke perekonomian.

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Tak Sekedar Resesi, Amerika Bakal Alami Double Dip Recession!

(pap/pap)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts