Catat Nih! Saham Cuan dan Boncos Saat Suku Bunga BI 6%

Jakarta, CNBC Indonesia – Pekan lalu, Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (BI) telah memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuan menjadi 6%. BI mengerek BI-7 Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) 25 basis poin (bps) menjadi 6% pada Kamis (19/10/2023), kenaikan pertama sejak Januari 2023.

Read More

Pada perdagangan hari Kamis (19/10/2023), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup ambles 1,18% ke posisi 6.846,43. IHSG kembali jebol ke level psikologis 6.800. Sedangkan pada penutupan perdagangan Jumat (20/10/2023), IHSG naik tipis 0,04% di angka 6.849,168.

Melemahnya IHSG bersamaan dengan rupiah yang mengalami depresiasi terhadap dolar AS sebesar 1,21% dan ditutup di posisi Rp15.870/US$ pada pekan lalu.

Pada sesi I perdagangan hari ini Senin (23/10/2023), indeks terpantau ambles lebih dari 1%, di tengah sikap investor yang cenderung wait and see memantau proses pendaftaran calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) untuk Pemilu 2024. Pada titik terendahnya, IHSG berada di 6.730,87.

Di tengah pelemahan IHSG sejak kenaikan suku bunga acuan, menjadi penting bagi investor untuk mencermati saham-saham yang menarik. Sejumlah analis membeberkan kepada CNBC Indonesia, sejumlah saham yang diuntungkan dan dirugikan saat BI Rate naik.

Sektor Yang Berpotensi Untung

Healthcare

Analis Nico Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus menjelaskan bahwa kenaikan tingkat suku bunga selalu memberikan tekanan kepada sektor yang ada di pasar saham. Pasalnya ketika tingkat suku bunga naik, maka investasi terhadap aset-aset yang berisiko seperti saham pun akan mengalami penurunan.

“Tidak hanya itu, ketika kita berbicara kenaikkan tingkat suku bunga, maka daya beli, konsumsi, dan investasi akan turun. Yang nantinya akan berujung kepada penurunan pendapatan perusahaan,” kata Nico kepada CNBC Indonesia, Senin (23/10/2023).

Menurutnya, sektor healthcare sejauh ini merupakan salah satu sektor yang defensive terkait dengan kenaikkan tingkat suku bunga. Namun pelemahan Rupiah, menjadi salah satu tantangan tersendiri bagi industri ini. Karena bahan baku farmasi hampir 80 – 90% merupakan barang impor.

Perbankan

Senior Vice President PT Henan Putihrai Asset Management Reza Fahmi Riawan menyebut perbankan merupakan salah satu sektor saham yang diuntungkan oleh kenaikan suku bunga. Alasannya, kenaikan suku bunga akan meningkatkan marjin bunga bersih (NIM) bagi perbankan.

Senada, Presiden Direktur Kiwoom Sekuritas Chang Kun Shin menilai kenaikan dari BI rate dapat menguntungkan sektor finance seperti perbankan karena adanya potensi kenaikan NIM.

“Di sisi lain data pertumbuhan kredit juga masih terbilang tinggi walaupun ada penurunan dari sebelumnya,” jelas Shin kepada CNBC Indonesia, Senin (23/10/2023).

Di sisi lain, Analis Investindo Nusantara Sekuritas Pandhu Dewanto memandang kenaikan suku bunga tentu akan membuat angka cicilan melonjak. Jika terlalu tinggi tentu masyarakat akan enggan untuk membeli rumah baru.

“Bahkan jika tingkat pertumbuhan ekonomi melambat, bisa membuat masyarakat tiba-tiba tidak mampu membayar cicilannya. Hal ini akan berpotensi membuat angka NPL [nonperforming loan] dari sektor perbankan meningkat,” katanya saat dihubungi CNBC Indonesia, Senin (23/10/2023).

Energi

Reza menyebut saham-saham sektor komoditas energi seperti batu bara, gas, dan emas juga berpotensi diuntungkan oleh kenaikan suku bunga. Sebab kenaikan suku bunga akan meningkatkan daya tarik investasi pada komoditas energi sebagai aset lindung nilai.

Sektor-sektor Yang Berpotensi Rugi

Properti dan Konstruksi

Nico menyebut, sektor properti merupakan salah satu sektor saham yang cukup mendapatkan tekanan dari kenaikan suku bunga acuan. Reza juga memandang hal yang sama. Menurutnya, kenaikan BI Rate akan menekan permintaan konsumen non-primer yang lebih sensitif terhadap suku bunga.

Sementara Shin menyebut ada banyak emiten konstruksi yang memiliki banyak utang bunga dan kenaikan suku bunga ini akan berdampak pada beban bunga mereka.

“Dari sektor yang dirugikan [kenaikan suku bunga] bisa berdampak pada sektor property dan konstruksi mengingat pada sektor properti dengan adanya kenaikan suku bunga akan berdampak pada suku bunga KPR dan sektor konstruksi banyaknya emiten yang memiliki utang bunga dapat mempengaruhi interest expense mereka,” jelasnya.

Otomotif

Sama dengan sektor properti, Reza melihat kenaikan suku bunga akan berdampak pada biaya pinjaman sektor otomotif. Di samping itu, kenaikan suku bunga dapat menyebabkan besaran cicilan sektor otomotif berpotensi melonjak.

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Duh! Suku Bunga BI Bisa Setara dengan Fed Fund Rate di 5,75%

(mkh/mkh)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts