Cek Sentimen Pekan Terakhir Bursa 2022, Ada Reli Sinterklas?

Jakarta, CNBC Indonesia – Performa pasar ekuitas dalam negeri pekan ini bergerak suram tercermin dari terkoreksinya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Sentimen global yang tidak kondusif membuat investor asing menjual saham-saham big caps.

Read More

Menurut data dari Bursa Efek Indonesia (BEI), sepanjang pekan ini, Indeks bursa saham acuan Tanah Air tersebut terkoreksi 0,17% secara point-to-point (ptp), setelah pekan lalu sempat melesat 1,45% secara mingguan.

Perdagangan pekan ini cukup volatil, di mana pada awal pekan IHSG tertekan karena sentimen global yang kurang kondusif. Lalu, pada perdagangan Rabu dan Kamis, IHSG sukses reli, sebelum akhirnya terkoreksi pada perdagangan akhir pekan, Jumat (23/12/22) sebesar 0,35% ke 6.800,673.

Dengan begitu, IHSG hanya mampu terparkir di zona hijau selama dua hari perdagangan pekan ini. Bahkan selama bulan Desember IHSG hanya mampu menghijau di lima hari perdagangan, sementara 12 hari perdagangan lainnya berakhir di zona merah.

Pekan Depan Sepi Sentimen

Minggu terakhir perdagangan tahun ini akan ditandai dengan sepinya sentimen yang dapat menggerakkan pasar. Pekan lalu total transaksi di bursa hanya berada di angka Rp 52,88 triliun atau kurang dari Rp 11 triliun secara rerata harian. Asing juga mencatatkan aksi jual (net sell) senilai Rp 2,26 triliun pekan ini.

Dari lingkup global hanya ada sedikit rilis ekonomi penting pekan depan. Investor tampaknya masih berharap bahwa saham akan mengalami reli Sinterklas, memberi sedikit optimisme ke pasar ekuitas.

Dari Amerika Serikat (AS), data perumahan dan beberapa pembacaan PMI regional akan menjadi pusat perhatian. Selain itu, Jepang akan merilis penjualan ritel, produksi industri, dan tingkat pengangguran sementara di Korea Selatan, Spanyol, dan Rusia fokusnya adalah pada tingkat inflasi.

Meski bursa domestik tidak libur, perdagangan Wall Street akan ditutup pada hari Senin untuk merayakan liburan Natal. Akan tetapi, investor masih berharap reli Sinterklas dapat terjadi. Reli Sinterklas merupakan istilah yang menanda potensi kenaikan saham yang biasanya terjadi pada lima sesi perdagangan terakhir setiap tahun dan dua sesi pertama tahun selanjutnya.

Di Eropa, Bank Sentral Eropa akan menerbitkan indikator moneternya, sementara Inggris akan merilis harga rumah bulan Desember. Publikasi penting lainnya adalah pembacaan awal tingkat inflasi harga konsumen untuk Spanyol dan Rusia, serta data pengangguran Prancis.

Di Asia, investor akan menantikan pidato Gubernur BoJ Kuroda dan “Ringkasan Opini” bank sentral untuk wawasan tentang prospek bank sentral setelah secara tak terduga meningkatkan ambang kontrol kurva imbal hasil. Sementara itu, rilis ekonomi Jepang akan mencakup penjualan ritel, produksi industri, tingkat pengangguran, dan pembangunan perumahan.

Di India, defisit transaksi berjalan kuartal ketiga diperkirakan melonjak ke rekor tertinggi karena tingginya biaya energi dan melemahnya rupee yang menggelembungkan impor barang. Di wilayah Asia lain, Korea Selatan akan mengumumkan data inflasi serta indeks kepercayaan konsumen dan bisnis untuk bulan Desember, sementara Thailand akan mempublikasikan data perdagangan bulan November.

Dari dalam negeri, Bank Indonesia yang pekan ini telah menaikkan suku bunga acuan (BI 7-Day Reverse Repo Rate/BI7DRR) 25 bps menjadi 5,50% akan mengumumkan Statistik Posisi Investasi Internasional Indonesia Triwulan III 2022.

Sementara itu dari pasar modal, tidak banyak terdapat aksi korporasi penting pekan depan. Pekan depan akan ada cumdate deviden di dua saham, yakni IPCC pada hari Senin (26/12) dan Adaro Energy Indonesia pada Jumat (30/12). Selanjutnya pekan depan ada dua cumdate rights issue untuk saham MTWI dan TRIN. Terakhir, terdapat pula sejumlah emiten yang akan menggelar RUPSLB, termasuk Garuda Indonesia (GIAA).

TIM RISET CNBC INDONESIA

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


IHSG Sentuh Rekor Tertinggi Baru!

(fsd/fsd)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts