CEO Top China Menghilang Misterius, Jadi Jack Ma Jilid II?

Jakarta, CNBC Indonesia – Salah seorang bankir investasi top China Bao Fan dikabarkan menghilang oleh perusahannya.

Read More

China Renaissance, sebuah bank investasi dan firma ekuitas swasta yang berbasis di Beijing mengatakan ke bursa saham Hong Kong bahwa pihaknya belum dapat menghubungi Kepala sekaligus CEO China Renaissance Bao Fan.

Dilansir dari CNN Internasional, saham perusahaan sempat jatuh sebanyak 50% di Hong Kong pada hari Jumat (17/2/2023) menyusul berita tersebut. Saham pun ditutup turun 28%.

“Dewan tidak mengetahui informasi apa pun yang menunjukkan bahwa ketidakhadiran Mr. Bao terkait atau mungkin terkait dengan bisnis dan/atau operasi grup,” kata perusahaan itu dalam suratnya.

Bao dikenal sebagai pembuat kesepakatan veteran di industri teknologi China. Dia membantu menengahi penggabungan (merger) antara dua layanan pengiriman makanan terkemuka di negara itu, Meituan dan Dianping, pada 2015. Saat ini, platform superapp perusahaan gabungan tersebut ada di seluruh penjuru China.

Bao memulai karir perbankan investasinya pada akhir 1990-an di Morgan Stanley dan Credit Suisse, kemudian menjabat sebagai penasihat bursa saham di Shanghai dan Shenzhen.

Timnya juga telah berinvestasi di pembuat kendaraan listrik China yang terdaftar di AS Nio (NIO) dan Li Auto, dan membantu raksasa internet China Baidu (BIDU) dan JD.com (JD) menyelesaikan listing sekunder mereka di Hong Kong.

Bao tidak segera menanggapi pesan dari CNN di WeChat pada Jumat, sementara China Renaissance belum menanggapi permintaan komentar.

Menurut laporan Caixin, perusahaan jasa keuangan itu baru-baru ini tersandung masalah. Pihak berwenang China menahan Cong Lin, presiden perusahaan, pada September, mengutip sumber yang tidak disebutkan namanya.

Sejarah ‘Hitam’

Hilangnya Bao mengikuti para pemimpin bisnis terkenal lainnya di China, di mana tidak jarang para eksekutif tiba-tiba menghilang dari radar dengan sedikit penjelasan.

Pada 2020, taipan real estate Ren Zhiqiang menghilang selama beberapa bulan setelah dia diduga berbicara menentang penanganan pandemi Covid-19 oleh pemimpin China Xi Jinping. Ren akhirnya dipenjara selama 18 tahun atas tuduhan korupsi.

Pada 2017, raksasa asuransi Anbang memperingatkan para pemegang saham bahwa ketuanya, Wu Xiaohui, tidak akan dapat menjalankan tugasnya setelah dilaporkan ditahan oleh pihak berwenang sebagai bagian dari penyelidikan pemerintah. Anbang pada saat itu mengutip “alasan pribadi” atas ketidakhadirannya. Wu akhirnya dipenjara selama 18 tahun.

Juga pada 2017, Xiao Jianhua, seorang taipan yang mengendalikan Tomorrow Holdings, ditangkap oleh agen keamanan China dari kamarnya di hotel Four Seasons di Hong Kong dan dibawa ke daratan China. Dia dijatuhi hukuman pada Agustus 2022 hingga 13 tahun penjara.

Kasus menonjol lainnya terjadi pada tahun 2015, ketika Guo Guangchang, miliarder yang dijuluki “Warren Buffett dari China”, dilaporkan hilang oleh konglomerat yang dipimpinnya. Kelompok itu, Fosun, kemudian mengonfirmasi bahwa Guo membantu pihak berwenang dalam penyelidikan.

Eksekutif senior dari lusinan perusahaan China juga menghilang tahun itu. Beberapa kemudian kembali ke posisinya, sementara yang lain tidak.

Yang paling menggegerkan adalah hilangnya pendiri Alibaba, Jack Ma, tak lama setelah ia mengkritik kebijakan regulator China.

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Sentimen Fed Kalah, Harga Timah Menguat! Ternyata Gegara Ini

(luc/luc)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts